Cerpen oleh Hilmi
Sudah lima tahun Budi, buah cintaku dengan Sulaimah, terpisah dari ibunya. Mungkin, selama ini, perasaannya sama dengan perasaanku, kesepian.
Waktu itu, istriku meninggalkan kami berdua di saat Budi baru menginjak usia tiga tahun. Dengan alasan yang sederhana, himpitan ekonomi, istriku akhirnya memutuskan untuk mencari kerja di negeri orang.
Maklum, ketika itu, aku sudah tidak bekerja lagi di pabrik pengolahan ikan, di desa sebelah. Dalam satu bulan, tidak jelas berapa rupiah yang bisa aku kantongi. Tetapi, untuk pengeluaran keluargaku setiap bulannya sudah jelas berapa kebutuhannya.
19 August 2007
Istriku, Suamiku
Diunggah oleh
Gerakan BMI Jember
at
1:31 PM
1 komentar
Labels: cerpen, keluarga, kemiskinan
05 August 2007
Kesulitan Ekonomi, Gaji Ditahan
Ambulu, (5/8) -- NASIB kurang beruntung menimpa Kunainah (29), mantan TKI asal Desa Watukebo, Kecamatan Ambulu, Jember. Pasalnya, setelah satu tahun bekerja di majikan baru, di daerah Sapta Alayah, gaji ibu dua orang anak ini tertahan di tangan majikannya.
Wanita yang akrab dipanggil Kun itu menjelaskan, uang yang masih dipegang majikannya sebesar 8.000 real. “Saat itu 1 real sama dengan 2.500 Rupiah, jadi jika dihitung, gaji saya yang masih ada di sana sebesar 20.000.000 Rupiah”, papar Kunainah.
Majikan pria Kunainah, yang bekerja sebagai sipir di sebuah tahanan dan yang perempuan bekerja sebagai wakil kepala sekolah, tidak bisa memberikan sisa gaji karena terbelit kesulitan ekonomi.
“Kemarin, saya sudah menghubungi majikan, katanya minggu depan ia akan mengirimkan sisa gaji saya,” tambah Kunainah, terkait ketakjelasan gajinya.
Kunainah baru lima hari di rumah, setelah ia bekerja di Arab Saudi selama empat tahun. Dalam kurun waktu itu, ia sekali pindah majikan. “Karena majikan yang pertama melanjutkan sekolahnya ke Amerika, saya pindah ke majikan yang baru,” ungkap Kunainah. (tell)
Diunggah oleh
Gerakan BMI Jember
at
1:33 PM
0
komentar
Alumni Ar-Ruwais Pulang Kampung
Tempurejo (5/08) -- WARGA Jatirejo, Kecamatan Tempurejo, Ambulu, digemparkan oleh kepulangan Satimah, TKI yang sudah bekerja selama tujuh tahun di Arab Saudi, Jumat (27/7). Satimah tiba di kampung halamannya, setelah menjalani masa hukuman selama sembilan bulan di penjara New Al-Ruwaiys Woman Section 3 Briman K.S.A. Jeddah, Arab Saudi.
Janda dua anak ini dipenjara dengan tuduhan pembunuhan. “Saya dituduh membunuh manjikan, oleh anak majikan saya,” papar Satimah. “Memang pada waktu itu, hanya ada saya dam majikan di dalam rumah,” tambah Satimah.
Namun akhirnya, tuduhan yang diarahkan anak majikan itu tidak beralasan. Pasalnya, dari laporan dokter setempat, majikan Satimah tewas akibat kencing manis.
Ironisnya, meskipun terbukti tidak bersalah, 90 cambukan tetap mendarat di sekujur tubuh Satimah selama mendekam di penjara.
Dari pengalamannya selama di penjara, ia pernah ditempatkan di sebuah sel bawah tanah untuk menjalani interogasi dari polisi. “Di sana, saya dipaksa mengakui perbuatan saya, tetapi saya tidak bilang apa-apa, karena memang saya tidak melakukan pembunuhan itu,” kenang Satimah.
Hampir setahun hidup di penjara, Satimah menjumpai orang dari berbagai penjuru dunia. Termasuk Siti Nur Fadilah, TKI asal Bondowoso, Jawa Timur, yang diancam denda sebesar 53.000 real, karena tuduhan penusukan. (tell)
Diunggah oleh
Gerakan BMI Jember
at
1:17 PM
4
komentar
Labels: Arab Saudi, hukum, kekerasan