19 August 2007

Istriku, Suamiku

Cerpen oleh Hilmi


Sudah lima tahun Budi, buah cintaku dengan Sulaimah, terpisah dari ibunya. Mungkin, selama ini, perasaannya sama dengan perasaanku, kesepian.

Waktu itu, istriku meninggalkan kami berdua di saat Budi baru menginjak usia tiga tahun. Dengan alasan yang sederhana, himpitan ekonomi, istriku akhirnya memutuskan untuk mencari kerja di negeri orang.

Maklum, ketika itu, aku sudah tidak bekerja lagi di pabrik pengolahan ikan, di desa sebelah. Dalam satu bulan, tidak jelas berapa rupiah yang bisa aku kantongi. Tetapi, untuk pengeluaran keluargaku setiap bulannya sudah jelas berapa kebutuhannya.

Keluargaku dilanda ujian yang sangat berat. Entah, kami dapat lulus atau tidak menghadapi ujian ini. Setiap malam, ketanangan anakku terusik oleh omelan-omelan Sulaimah kepadaku. Bagaimana besok? Beras tinggal sedikit, atap rumah banyak yang bocor. Itulah sepenggal permintaan yang masih melekat di ingatanku.

Jika boleh jujur, aku sudah berusaha mencari mata pencaharian yang mampu menghasilkan uang untuk keluargaku. Namun tetap saja, nasib baik masih belum menyertaiku. Terhitung sudah lima desa aku telusuri, semuanya sama saja, tidak ada pekerjaan buatku.

Bisa jadi karena tidak tahan dengan kondisi seperti itu, istriku membulatkan tekadnya untuk mencari uang di luar negeri. Saat pertama kali aku mendengar istriku meminta izin bekerja di luar negeri, hatiku terpukul, terpukul sekali. Sang suami yang seharusnya menafkahi keluarga,malahan tidak bisa berbuat apa-apa.

Awalnya aku sempat melarang istriku bekerja ke luar negeri. Tetapi dengan berbagai pertimbangan, aku tidak kuasa lagi untuk mencegah keinginannya.
Sekarang, Budi sudah duduk di bangku kelas 3 SD. Aku sempat meneteskan air mata, ketika membaca salah satu buku pelajaran anakku yang sudah agak kusut, karena anakku bersekolah tanpa menggunakan tas seperti kebanyakan anak-anak yang lain.

Ya, buku yang kubaca waktu itu adalah buku bahasa Indonesia. Di salah satu halaman, aku sempat membaca tulisan, Ini ibu Dani, Ibu Dani sedang pergi belanja ke pasar, Ibu Dani menyiapkan sarapan pagi untuk Dani dan ayahnya. Lengkap dengan tiga buah lukisan perempuan berambut hitam, panjang dan terurai, dengan berbagai gambar yang berbeda.

Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan anakku ketika ibu guru di kelas menyuruhnya membaca bersama dengan teman-temannya. Apakah ibuku seperti ini? Aku tidak bisa memastikan, tetapi pertanyaan seperti itu mungkin pernah terlintas di benak anakku.

Uang bulanan kiriman dari istriku kugunakan untuk membayar SPP anak semata-wayangku. Sisanya kusisihkan untuk ditabung. Sedangkan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, aku bekerja serabutan. Mulai dari mencuci keranjang ikan, dengan upah 50 perak tiap keranjang, sampai menjadi kuli angkut di pasar sudah kulakukan.

Setiap pagi, aku baru bisa berangkat mencari kerja setelah anakku pergi sekolah. Aku iri dengan teman-temanku, mereka keluar rumah untuk mencari nafkah sejak pagi buta. Tetapi aku bersyukur, anakku sudah mulai madiri. Aku tidak perlu lagi menyambut kepulangannya di rumah. Ia sudah bisa menyiapkan makan siangnnya sendiri tanpa bantuanku.

Saat malam tiba, di samping anakku yang tertidur lelap karena kelelahan bermain dengan teman-temannya, aku selalu berdo’a. “Ya Allah, untuk saat ini aku tidak bisa menjaga istriku, aku titipkan ia kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu lindungilah ia, ya Allah.”

Sempat suatu ketika, terbesit sebuah pertanyaan dalam lamunanku. Untuk saat ini, siapakah yang menjadi kepala keluarga di keluargaku, aku ataukah istriku? Jika istriku yang menjadi kepala keluarga, lalu pantaskah aku dipanggil Bapak oleh Budi.

Sampai sekarang, hanya dengan kesabaranlah aku tetap tegar mempertahankan keutuhan keluargaku. Hanya dengan kata sederhana yang terdiri dari lima huruf itu, aku masih bisa menegakkan kepalaku, menatap hari esok yang aku yakini tidak selamanya kelam. Secercah sinar terang, masih sangat mungkin sekali aku raih.

Read More...

05 August 2007

Kesulitan Ekonomi, Gaji Ditahan

Ambulu, (5/8) -- NASIB kurang beruntung menimpa Kunainah (29), mantan TKI asal Desa Watukebo, Kecamatan Ambulu, Jember. Pasalnya, setelah satu tahun bekerja di majikan baru, di daerah Sapta Alayah, gaji ibu dua orang anak ini tertahan di tangan majikannya.
Wanita yang akrab dipanggil Kun itu menjelaskan, uang yang masih dipegang majikannya sebesar 8.000 real. “Saat itu 1 real sama dengan 2.500 Rupiah, jadi jika dihitung, gaji saya yang masih ada di sana sebesar 20.000.000 Rupiah”, papar Kunainah.
Majikan pria Kunainah, yang bekerja sebagai sipir di sebuah tahanan dan yang perempuan bekerja sebagai wakil kepala sekolah, tidak bisa memberikan sisa gaji karena terbelit kesulitan ekonomi.
“Kemarin, saya sudah menghubungi majikan, katanya minggu depan ia akan mengirimkan sisa gaji saya,” tambah Kunainah, terkait ketakjelasan gajinya.
Kunainah baru lima hari di rumah, setelah ia bekerja di Arab Saudi selama empat tahun. Dalam kurun waktu itu, ia sekali pindah majikan. “Karena majikan yang pertama melanjutkan sekolahnya ke Amerika, saya pindah ke majikan yang baru,” ungkap Kunainah. (tell)

Read More...

Alumni Ar-Ruwais Pulang Kampung

Tempurejo (5/08) -- WARGA Jatirejo, Kecamatan Tempurejo, Ambulu, digemparkan oleh kepulangan Satimah, TKI yang sudah bekerja selama tujuh tahun di Arab Saudi, Jumat (27/7). Satimah tiba di kampung halamannya, setelah menjalani masa hukuman selama sembilan bulan di penjara New Al-Ruwaiys Woman Section 3 Briman K.S.A. Jeddah, Arab Saudi.

Janda dua anak ini dipenjara dengan tuduhan pembunuhan. “Saya dituduh membunuh manjikan, oleh anak majikan saya,” papar Satimah. “Memang pada waktu itu, hanya ada saya dam majikan di dalam rumah,” tambah Satimah.

Namun akhirnya, tuduhan yang diarahkan anak majikan itu tidak beralasan. Pasalnya, dari laporan dokter setempat, majikan Satimah tewas akibat kencing manis.

Ironisnya, meskipun terbukti tidak bersalah, 90 cambukan tetap mendarat di sekujur tubuh Satimah selama mendekam di penjara.

Dari pengalamannya selama di penjara, ia pernah ditempatkan di sebuah sel bawah tanah untuk menjalani interogasi dari polisi. “Di sana, saya dipaksa mengakui perbuatan saya, tetapi saya tidak bilang apa-apa, karena memang saya tidak melakukan pembunuhan itu,” kenang Satimah.

Hampir setahun hidup di penjara, Satimah menjumpai orang dari berbagai penjuru dunia. Termasuk Siti Nur Fadilah, TKI asal Bondowoso, Jawa Timur, yang diancam denda sebesar 53.000 real, karena tuduhan penusukan. (tell)

Read More...

28 July 2007

Jangan Sampai Terjadi Lagi!

Read More...

14 July 2007

Uncovered syndicate of human trafficking in Medan, N. Sumatra

A syndicate of human traffickers in Jember district of East Java, Indonesia has been uncovered. The 18-year Samiadi Ningsih, a would-be migrant workers, originating from Puger Kulon village at Puger subdistrict in Jember reported her bad fate as she fled away from being locked up for months at the pre-employment waiting place owned by PT Aula Graha addressed at Jalan Pintu Air, gang Ternak, Medan, North Sumatra.

She said she fled the premise because she ‘could no longer endure tortures she experienced daily there.’

Ningsih said she was transported by a women only she named as Susi, a resident in the neighborhood of Tawang Alun bus station in Jember town.

“It is about each five days that Mrs. Susi deploys a group of would-be migrant workers from Jember carried by bus owned by the transportation company called ALS,” she said.

She said along with her were other two would-be migrant workers departed from Jember to Medan.

Before leaving Jember, Ningsih said her name and address were forged by Haj Ahmad, a resident of Arjasa subdistrict in Jember.

Report says Haj Ahmad is at the moment detained by the East Java police. But local migrant association of GBMI Jember claimed that his wife continued the questioned business in the district.

Ningsih said that 'her name was turned into Karina, aged 26 years old and originates from Arjasa subdistrict.'

She also added that among those involved in the business were ‘two formally clothed officers like those worn by the military’.

‘I do not want that Mrs. Susi sends other girls from Jember. I do not want more victims,” she said.

Mohammad Cholily of the local migrant association of GBMI Jember that represents Ningsih said it planned to file a report the crime to police and the district government’s manpower office.

Read More...

13 July 2007

Suara Hati Ibu

Oleh Hilmi

Tidak pernah terlintas dalam benakku untuk menelantarkan ibu. Ibu akan merayakan ulang tahunnya yang keenam puluh tahun. Minggu depan. Namun, di tengah kebahagiaannya itu, ibu terancam tidak tinggal bersamaku lagi. Soalnya, keempat saudaraku meminta supaya aku menitipkan ibu di panti jompo yang letaknya tidak jauh dari rumahku.

Aku tidak habis pikir, kenapa saudara-saudara tua-ku mempunyai keinginan seperti itu. Apakah mereka memang ingin aku tidak terlalu repot untuk mengurusi ibu, karena aku memiliki tanggung jawab sendiri, tanggung jawab kepada keluarga. Di rumah yang lumayan besar ini, aku tinggal bersama tiga anakku, suami tercinta yang sangat membutuhkan perhatian lebih dariku, dan ibuku yang sudah membesarkanku hingga seperti sekarang ini. Mungkin, karena aku ini anak bungsu.

Memang, aku sering kelelahan, ketika aku mengurus ibu dan keluargaku secara bersamaan. Terkadang, aku juga sering tak sempat mengurus anak-anakku, ketika ibu menginginkan perhatian lebih dariku.

Akhir-akhir ini, ibu memang ingin sekali dekat denganku. Ibu sering memintaku untuk sekedar duduk di sampingnya, dan menemaminya ngobrol-ngobrol ringan. Terkadang ibu menanyakan kondisi ketiga cucunya, bagaimana sekolahnya, bagaimana kondisi kesehatannya dan bermacam-macam pertanyaan lain. Sering juga ibu menanyakan kondisi suamiku.

Suatu malam, Ibu pernah bertanya padaku, "Nak, kamu pernah merasa keberatan jika ibu tinggal di sini. Jika kamu merasa begitu, biar ibu tinggal di tempat lain saja. Ibu tidak ingin merepotkan kamu. Nak, ibu tidak ingin perhatian dan kasih sayangmu, yang seharusnya untuk keluargamu, tapi terbagi untuk merawat ibu." Mendengar ucapan ibu seperti itu hatiku miris sekali. Aku merasa sudah bersalah. Aku merasa sangat berdosa karena ibu yang sudah renta itu masih berpikir bahwa ia menjadi benalu bagi keluargaku.

Ibu sering menyanggah bila aku menyanggah perkataannya itu. "Tidak Bu. “Ibu di sini tidak membuatku repot. Ini semua kulakukan sebagai rasa terima kasihku karena ibu telah merawatku hingga menjadi seperti sekarang ini”."

Sanggahan ibu, malah membuatku semakin merasa kasihan kepada ibu, sebagai seorang yang sudah lanjut usia, ibu seharusnya menikmati sisa usianya, ibu tidak perlu pusing-pusing memikirkan kondisinya.

Suatu malam, aku pernah menanyakan kepada bapaknya anak-anak. Apakah kehadiran orangtuaku yang sudah renta itu mengurangi keharmonisan rumah tangga ini? Apakah kewajibanku sebagai seorang ibu rumah tangga, yang harus merawat dan menyayangi suami dan anak-anak terlihat tidak penuh.

Dengan bijak suamiku menjawab, "Tidak bu. Kasih sayang yang aku rasakan darimu sudah lebih dari cukup, apalagi ketika aku lihat kamu begitu rajin dan tulus merawat ibu. Meskipun aku hanya sebagai menantu, aku juga mempunyai kewajiban untuk merawat ibu."

Setiap pagi, aku selalu menatap wajah ibu dari ruang belakang, kulihat mata ibu selalu mengiringi langkah ceria anak-anakku berangkat sekolah. Mungkin ibu teringat waktu aku masih kecil dulu. Tidak terasa, tetesan air mata keluar dari mataku. Air mata ini merupakan do'a kepada Tuhan.

"Tuhan, jangan terlalu cepat Engkau mengambil ibu dariku. Sisakan waktu untukku supaya bisa membalas jasa-jasanya selama ini."

Menyambut sang surya tenggelam, sayup-sayup gema takbir mulai terdengar dari berbagai penjuru desa. Di ruang makan anak-anak sedang asyik menyantap hidangan. Mereka masyuk bercanda dengan ayahnya. Sementara itu, aku tidak bisa menemani mereka makan. Karena pada waktu yang bersamaan, aku sedang membersihkan perabotan rumah untuk menyambut kakak-kakakku besok.

Tidak terasa sebulan penuh keluarga besar ini menjalani ibadah puasa. Tidak terasa pula sudah sepuluh tahun ibu tinggal bersamaku di rumah ini. Semenjak ayahku meninggal dunia sepuluh tahun silam, tidak ada lagi yang merawat ibu. Sebagai anak bungsu aku mempunyai tanggung jawab untuk merawatnya.

Setiap gema takbir berkumandang, ibu selalu duduk terdiam sendiri di teras belakang rumah. Melihat kebiasaan ibu yang seperti itu, aku merasa ada suatu hal yang disembunyikan ibu dariku. Sebenarnya setiap ibu merenung sendiri di malam Idul Fitri, ingin sekali aku mengetahui apa sebenarnya yang sedang ada dipikirkannya.

Semenjak ditinggal pergi ayah, perilaku ibu kepadaku berubah. Dulu, ibu sering berkata padaku, “"Nak, ibu lebih senang jika kamu anggap sebagai seorang teman. Ibu lebih senang jika kamu merasa bebas menceritakan sesuatu. Jadi jangan kamu pendam masalah yang sedang melandamu sendiri”."

Sekarang, meskipun ibu selalu ingin aku berada di sampingnya, aku tetap merasa ada suatu hal yang disembunyikan kepadaku.

Untuk malam Idul Fitri kali ini aku tidak ingin melihat ibu merasakan masalahnya sendirian. Aku ingin sekali membantu ibu mengatasi masalah yang dihadapi ibu. Aku berkata pada diriku sendiri, aku harus menanyakan masalah apa yang sedang ibu hadapi. Aku merasa sangat kasihan melihat kondisi ibu yang seperti itu.

“"Bu, setiap tahun aku memperhatikan ibu, kenapa setiap gema takbir berkumandang, ibu selalu duduk termenung di teras ini. Apakah ibu mempunyai masalah?”"

Aku memberanikan diri bertanya seperti itu, karena aku benar-benar tidak tahan melihat ibu selalu memikirkan sesuatu. Aku takut ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibu.

"Tidak ada apa-apa, nak, aku tidak memikirkan masalah apa pun. Aku duduk di sini hanya merenungkan kondisiku yang sudah renta ini. Apa dosa-dosaku nanti akan diampuni jika aku nanti meninggal kalian semua”."

“"Jangan, jangan berkata seperti itu bu, tidak baik berkata seperti itu”."

Aku mendadak merinding mendengar jawaban ibu yang seperti itu. “

"Ibu dulu sering berkata, di antara kita tidak boleh menyembunyikan masalah masing-masing. Kita harus berbagi kan? ibu kan yang bilang begitu? Tapi kenapa sekarang ibu seperti ada yang disembunyikan dariku”." Aku mencoba memaksa ibu lagi.

“"Nak, terima kasih selama duapuluh tahun ini kamu telah merawatku. Benar setiap gema takbir berkumandang, ada suatu masalah yang mengganggu pikiran ibu. Tetapi biarlah ibu sendiri yang merasakannya. Ibu tidak ingin merepotkan kamu terus. Kamu sekarang sudah mempunyai tanggungjawab untuk mengurus keluargamu. Memang benar apa yang dikatakan saudaramu. Lebih baik ibu tinggal di panti saja, biar ibu tidak menjadi beban di keluarga ini”."

Mendengar perkataan ibu seperti itu, dengan spontan tanganku langsung memeluk hangat tubuh ibu.

“"Kenapa ibu berpikir seperti itu. Ibu jangan berpikir bahwa ibu menjadi benalu di keluarga ini. Lihatlah bu .. Selama ini anak-anakku sangat bahagia tinggal bersama neneknya. Di sini tidak ada yang merasa terbebani. Jadi aku harap ibu jangan lagi memikirkan hal ini. Jangan hiraukan perkataan kakak-kakakku. Aku ingin sekali merawat ibu, melihat ibu bahagia. Pokoknya ibu tetap tinggal di sini ya?”"

Tanpa menjawab pertanyaanku, ibu langsung mengayunkan langkah menuju ke kamarnya.

Dengan langkah yang masih tegap, aku melihat ada semangat yang besar di tengah usia senjanya.**

Read More...

12 July 2007

Hearing Komisi D DPRD Jember dengan Keluarga dan Korban Trafiking

Akhirnya, setelah sekian lama, perjuangan para mantan dan keluarga buruh migran didengarkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat tingkat Daerah di Jember, Jawa Timur. Ditemui di ruang Komisi D, Rabu (4/7), para keluarga dan korban mengungkapkan berbagai kasus yang menimpa sanak famili dan dirinya sendiri, selama berada di tempat mereka bekerja.

Diawali dengan pengaduan Satonah, ibu Siti Khotijah, yang mengungkapkan nasib anaknya yang sudah 14 tahun tidak ada kabar. Dengan cucuran air mata, bu Satonah meminta kepada pihak terkait, dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat, untuk segera memulangkan Siti Khotijah. Setelah itu bergantian sampai seluruh keluarga dan korban mengutarakan pengaduannya. Sampai yang terakhir pengaduan dari Ningsih, warga Puger, Jember. Ia sempat melarikan diri dari PT Aula Graha karena tidak betah terhadap perlakuan yang ia terima selama berada di PT tersebut.

Menanggapi pengaduan yang cukup banyak, Ketua Komisi D, Miftahul Ulum, meminta kepada pihak Disnakertrans untuk segera mengambil langkah cerdas guna meminimalisir korban trafiking orang yang terus berlangsung di Jember.

"Meskipun di Jember masih belun ada peraturan daerah, saya harap itu tidak menjadi sebuah alasan bagi Disnakertrans berpangku tangan mengenai masalah TKI”," pinta Miftahul Ulum kepada Disnakertrans.

Ulum juga menambahkan, jangan sampai ada suara-suara di luar yang mengatakan Disnakertrans tidak sepakat adanya peraturan daerah.

Sejalan dengan itu, perwakilan lain dari Komisi D, H. Misbah, mengungkapkan bahwa meskipun di Jawa Timur sudah ada peraturan, Disnaker di Jember juga harus memiliki Peraturan Daerah mengenai ke-TKI-an. “

"Sudah menjadi kewajiban negara untuk melindungi warganya. Jika nantinya eksekutif tidak bisa membuat 'perda' (peraturan daerah), Dewan akan menggunakan hak inisiatifnya untuk membuat peraturan daerah, meskipun jalannya tidak pendek”," tambah H. Misbah.

Menyikapi berbagai saran dan keluhan dari Dewan, M. Thamrin, Kepala Disnakertrans Jember, mulai angkat bicara. Thamrin mengutarakan bahwa masalah TKI merupakan masalah yang rumit. “

"Jika ingin disalahkan, yang pantas disalahkan itu saya ataukah Pak SBY”," ungkap Thamrin mengacu pada presiden Republik Indonesia kepada seluruh anggota Dewan dan semua yang hadir dalam audiensi. “

"Di Jember sendiri itu sudah ada satgas, yang terdiri dari kepolisian dan LSM, yang keduanya bisa membantu menangani kasus tenaga kerja asal Jember“," tambah pria kelahiran Madura tersebut.

Sementara itu, M. Cholily, dari Gerakan Buruh Migran Indonesia - Jember, mengutarakan mengenai tindakan Disnakertrans yang telah melegalkan adanya UP3CTKI. Menurutnya, tidak ada landasan hukum yang bisa mengabsahkannya dan Disnkertrans sendiri tidak mempunyai wewenang untuk mengesahkan UP3CTKI. “

"Imbas dari adanya UP3CTKI ini adalah semakin banyaknya korban trafiking dari berbagai desa di Jember."

"Hal ini diperparah dengan tidak optimalnya penyuluhan yang dilakukan Disnakertrans”," tukas Cholily. Ketua GBMI Jember ini hadir di situ untuk mendampingi korban dan keluarga korban dalam menemui anggota Komis D. (tell)

Read More...

11 July 2007

Lagi, TKW Asal Jember Tewas

SUSIANI (31), TKI asal dusun Barat, desa Kalisat, kecamatan Kalisat, kabupaten Jember, tewas di Brunei Darussalam. Sempat dirawat di rumah sakit Brunei Darussalam. Setelah mengalami koma selama 19 hari, Susiani akhirnya meninggal pada hari Selasa, 19 Juni.

“"Dari keterangan via telpon dari saudaranya yang bekerja di Brunei, Susi tewas karena terjatuh dari tangga, setelah ada operasi polisi”," jelas Sugeng, adik korban.

Susiani, ibu satu orang anak ini sudah bekerja di Brunei selama empat tahun. Selama itu pula, ia tidak pernah pulang ke kampung halamannya. Ia sempat pulang ke Indonesia, tetapi tidak ke Jember, hanya untuk memperpanjang visa kerjanya”, tambah Sugeng.

Untuk kepulangan jenazah Susiani sendiri, keluarga di Jember tidak bisa menanggung biaya pengiriman. Pasalnya pihak Kedutaan Besar RI setempat hanya bisa memulangkan jenazah Susiani sampai Surabaya. Setelah itu biaya ditanggung keluarga sendiri.

Akhirnya, pada tanggal 20 Juni, keluarga yang berada di Pontang, kecamatan Ambulu, Jember, melayangkan surat pernyataan yang isinya merelakan jenazah korban dimakamkan di Brunei, ke nomor fax +673 2 330646, milik KBRI di Brunei Darussalam.

“Keluarga di sini tidak sanggup menanggung biaya kepulangan jenazah Susiani, sehingga pihak keluarga merelakan jenazah dimakamkan di sana.

"Dari pada nantinya terlantar”," tukas Sugeng kepada Migrant Voices.

Sementara itu, M. Cholily, perwakilan Gerakan Buruh Migran Indonesia dari Jember, sangat menyayangkan tindakan keluarga korban, yang telah mengirimkan surat pernyataan. “Dengan adanya surat itu, berarti kasus meninggalnya Susiani sudah ditutup. Akhirnya pihak agency tidak akan bertanggungjawab untuk memulangkan jenazah korban”, terang Cholili. (hilmi)

Read More...

09 July 2007

Selamatkan Mereka

Oleh (tell)
Diilhami oleh kisah nyata calon TKI yang terdampar di Medan

Beberapa bulan terakhir, aku merindukan desiran ombak dan aroma anyir dari bangkai ikan hasil tangkapan nelayan di desaku. Memang benar kata orang, tidak ada penyesalan di depan. Yang ada adalah penyesalan di kemudian hari.

Aku menyesal, karena saat aku ingin berangkat mengais rezeki di negeri orang, aku tidak minta izin kepada kedua orangtua dan keluargaku di rumah. Namun, itu semua kulakukan karena aku ingin membantu ekonomi keluarga.

Maklum, setelah melambungnya harga BBM dan diperparah lagi oleh hasil tangkapan yang tidak menentu, ekonomi kaluargaku mengalami pasang surut. Tepatnya, sering sekali surut, ketimbang pasangnya.

Waktu itu, aku berangkat menuju tanah rantau, dibantu orang yang kukenal, namanya Nasipah. Ia mengaku berasal dari Mlaten. Aku sendiri tidak tahu, Mlaten itu ada di mana. Tetapi aku tidak memedulikan hal itu. Yang kuinginkan, aku segera bekerja dan mendapatkan uang. Uang yang nantinya akan kugunakan untuk menambal surutnya ekonomi keluargaku.

Tekadku sudah bulat, sebulat bola pingpong yang kerap dimainkan kakakku bersama teman-temannya. Selama perjalanan, aku baru sadar, jika perjalanan kali ini adalah perjalanan terberatku selama ini. Aku harus meninggalkan rumah menyeberang lautan, untuk sampai di PJTKI tujuanku. PJTKI yang dikatakan Nasipah siap mengirimku ke luar negeri adalah PT Sontoloyo di Medan.

Asaku untuk mendapatkan ringit sebesar-besarnya mulai menguat saat aku untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Medan. Perasaan takut serta cemas yang kubawa selama di perjalanan, mulai memudar. Diganti dengan bayang-bayang lembaran ringgit yang siap aku genggam.


Bangunan megah, dikelilingi dengan pagar yang menjulang tinggi. Itulah gambaran PT Sontoloyo jika dilihat dari depan. Sampai aku memasuki gerbang perusahaan sontoloyo itu, aku belum merasa jika aku sudah jadi korban jual beli manusia. Sebuah bisnis yang belum pernah aku kenal sebelumnya.

Aku baru sadar jika sudah menjadi barang niaga, ketika aku tahu bahwa Nasipah mendapatkan sejumlah uang setiap memberangkatkan orang, termasuk juga aku ke PT Sontoloyo. Ya.. kisaran Rp500.000. Ujung-ujungnya, impian yang aku bawa dari kampung tidak kunjung terwujud. Bahkan bisa jadi mustahil aku dapatkan.

Hari-hariku di Medan penuh dengan cerita-cerita kelam. Mulai dari cacian, pukulan sampai tamparan saban hari mendarat di sekujur tubuhku. Tetapi aku tidak sendirian menjalani penderitaan di PT Sontoloyo. Di sana, teman-temanku juga mengalami hal serupa.

Lama di sana, aku tidak betah. Siksaan yang aku terima semakin lama kian menjadi-jadi. Bahkan, nafasku sempat terhenti sebentar, ketika temanku mengatakan jika ia sudah kecolongan, awalnya aku bingung, apa yang telah hilang darinya. Ternyata temanku itu telah kecolongan keperawanannya, ya, ia habis diperkosa ajudan pemilik PT Sontoloyo.

Aku kumpulkan semua keberanianku untuk keluar dari sana. Aku minta izin sekaligus mencari teman yang berani keluar dari PT Sontoloyo. Namun, semua teman-temanku tidak ada yang berani, mereka malah bersujud di kakiku, memohon jika nantinya aku berhasil keluar, aku disuruh menyelamatkan jiwa mereka, bisa lewat polisi atau stasiun televisi. Yang penting satu keluar dulu, dan yang lainnya keluar berikutnya.

Tanpa pikir panjang, aku memanfaatkan peluang sekecil apa pun untuk kabur. Waktu itu, aku masih ingat, aku memanjat pohon jaran yang tumbuh di belakang rumah. Tinggi pohon itu melebihi tinggi pagar. Jadi aku tidak kesulitan untuk keluar dari pagar. Debaran jantungku meningkat dari biasanya. Aku tidak sampai berpikiran jika nantinya aku ketahuan. Bisa saja aku kehilangan nyawaku andai nanti salah satu penjaga memergokiku saat memanjat pohon jaran.

Pohon dengan diameter kira-kira setengah meter dan dibalut dengan kulit kayu yang sangat kasar membuatku beberapa kali terporosok jatuh. Biar sering jatuh, tapi inilah satu-satunya kesempatanku untuk kabur. Ketahuan mati, hidup di sana lama-lama juga akan mati. Sama-sama mati, mending aku kabur.

Jlukk…aku berhasil turun di luar pagar. Aku langsung melarikan diri, mencari orang yang bisa aku mintai pertolongan. Beberapa lama aku berlari, aku tidak menemukan seorang pun. Tapi aku sempat istirahat di sebuah masjid. Kemudian ada seorang perempuan yang melewati masjid yang kusinggahi. Ia meminta anaknya untuk mengantarku ke lembaga swadaya masyarakat yang bisa menolongku. Sesampainya di lembaga itu, aku akhirnya bisa pulang ke rumah.

Tetapi aku masih belum tenang selama beberapa temanku yang ada di dalam PT Sontoloyo itu belum keluar. Aku minta tolong kepada pihak yang berwenang untuk mengeluarkan mereka. Sudah banyak penderitaan yang mereka terima.

Itulah ceritaku ketika aku berusaha mencari uang, namun ternyata keinginan yang kubilang “mulia” tidak selamanya bermartabat di mata orang lain. Tetapi aku sangat bersyukur, desir ombak yang selama ini menemaniku, mulai dari kecil sampai dewasa, kembali aku rasakan. Serta bau anyir yang kerap dibenci orang, kembali aku rasakan.**

Read More...

Dwi Mardiyah & Ananda ..













Baca kisah tentang Dwi Mardiyah .. di bawah ini. Klik ya ..



Foto ini diambil dari sini.

Read More...

Apa itu "perbudakan" menurut Undang-undang?

Untuk mereka yang belum pernah tahu-menahu tentang apa itu "perbudakan", berikut ini apa yang dinyatakan oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Pasal 324
Barangsiapa dengan biaya sendiri atau biaya orang lain menjalankan perniagaan budak atau melakukan perbuatan perniagaan budak atau dengan sengaja turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam salah satu perbuatan tersebut di atas, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 297
Perdagangan perempuan dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

Read More...

08 July 2007

HUTANG UANG BAYAR SAYANG

Saya tidak tahu, apakah masih ada jalan lagi untuk melepaskan jeratan hutang yang melilit keluarga saya? Pertanyaan inilah yang selalu menggema di telinga saya. Pagi, siang, sore dan malam hari saya selalu dihantui oleh tuntutan melunasi hutang.

Permasalahannya sepele. Waktu itu anak bungsu saya, baru naik kelas, dari kelas tiga ke kelas empat SD. Entah siapa yang mengajari, tiba-tiba anak saya minta dibelikan sepeda. Alasannya cukup masuk akal, yaitu jarak antara rumah dengan sekolah yang cukup jauh. Dan, semua temannya yang sebelumnya berangkat bersama dengan berjalan kaki menelusuri gang-gang sempit di ujung desa, sekarang sudah beralih. Teman-teman anak saya sudah banyak yang memiliki sepeda.

Saya tidak tega memberitahu kepada anak saya, jika saya tidak punya uang sama sekali untuk membeli barang yang sifatnya menurut saya tidak begitu penting. Maklum sudah dua bulan terakhir, perekonomian keluarga ini saya topang sepenuhnya. Saya menjadi penopang ekonomi keluarga setelah bapaknya si Ani yang bekerja di Surabaya, bermasalah dengan pak Polisi, hingga akhirnya suami saya dipenjara.

Saya tidak begitu tahu kenapa suami saya sampai dipenjara. Kabar dari Tono, teman kerja suami saya yang pulang lebih dahulu, bapaknya si Ani kena razia KTP. Lain lagi dengan pengakuan si Saipul. Ia mengatakan jika suami saya ditangkap karena ikut campur tangan mencuri pakaian di pasar Turi.

Saya sadar, saya tidak boleh larut terlalu lama dengan kondisi yang sedang menimpa suami saya. Untuk saat ini, saya harus bisa menghidupi keluarga saya sendirian. Ani yang baru naik ke kelas empat, membutuhkan peralatan sekolah yang baru, seperti buku dan pensil. Awalnya saya tidak begitu keberatan jika hanya menanggung kebutuhan buku dan pensil saja.

Tetapi beban saya menjadi berlipat-lipat beratnya, setelah Ani memohon untuk dibelikan sepeda. Saya tidak habis pikir, apakah anakku yang sudah ditinggal pergi kakaknya sejak masih balita ini, tidak tahu jika uang yang saya punya hanya pas buat makan sehari-hari. Itu pun dengan menu yang sangat sederhana. Kalau tidak tahu, ya tempe. Itulah menu protein keseharian keluarga saya.

Namun saya merasa sangat bersalah. Anak saya yang seharusnya tidak perlu memikirkan yang lain kecuali belajar di sekolah dan di rumah, kali ini harus menyisihkan pikirannya untuk merayu saya supaya lekas dibelikan sepeda.

Saya tidak kuat lagi. Satu minggu berturut-turut Ani merèngèk untuk segera dibelikan sepeda. Tuntutan Ani sebenarnya sudah agak mengendur. Jika awalnya meminta sepeda yang baru, akhirnya menuntut pokoknya sepeda. Tetapi yang namanya sepeda pasti harganya di atas seratus ribu. Saya harus kerja apalagi untuk mendapatkan uang sebesar itu, apalagi dalam waktu yang singkat.

Seharian saya berpikir. Akhirnya saya temukan cara mendapatkan uang. Cara ini adalah cara yang terbaik dari yang paling buruk. Saya harus meminjam uang. Itulah jalan yang berkali-kali terbesit di otak saya. Saya tidak sampai berpikir nantinya harus bagaimana untuk mengembalikan uang itu. Yang penting saya harus dapatkan uang dulu.

Akhirnya saya pinjam ke pak Andi. Orang yang selama ini menerima saya sebagai pekerja kebersihan di rumahnya. Gajian masih jauh, tetapi saya beranikan diri untuk meminjam uang kepada pak Andi, dengan alasan untuk membelikan anak saya sepeda. Tidak lama, sehari setelah saya memohon pinjaman uang, akhirnya pak Andi meminjami uang sebesar seratus lima puluh ribu rupiah.

Saya sadar jika uang yang dipinjamkan ke saya itu besar. Jadi saya tidak masalah ketika pak Andi memberi tenggat waktu pelunasan selama satu bulan. Tanpa pikir panjang saya terima persyaratan dari pak Andi itu.

Akhirnya saya mengerti, jika satu bulan itu bukan waktu yang lama, apalagi untuk dapat mengumpulkan uang sebesar itu. Satu sisi saya bahagia sekali memandang keceriaan di wajah Ani setiap berangkat sekolah. Di sisi lain saya terus kepikiran bagaimana mendapatkan uang untuk melunasi hutang ke pak Andi.

Saat yang saya takutkan tiba. Pagi hari saat saya baru mesuk ke kamar mandi untuk segera mencuci baju keluarga pak Andi, majikan saya memasang muka sangar dan menghampiri saya. "Sekarang sudah satu bulan, jadi segera kembalikan uang yang kamu pinjam dulu." Seingatku seperti itulah lontaran dari majikan saya.

Saya kelabakan dan kebingungan. Bagaimana saya bisa melunasi hutang itu. Di saku saya saja tidak ada uang sepeser pun. Saat itu juga aku dituntut untuk berpikir cepat. Akhirnya saya putuskan, gaji untuk bulan ini dan bulan depan tidak usah dibayar. Untungnya majikan saya mengiyakan permintaan saya itu.

Terpaksa saya korbankan uang untuk makan bulan depan. Biar saya pikirkan nanti saja, bagaimana cara mencukupi keseharian keluarga saya. Untuk saat ini yang penting anak saya bahagia dan saya sudah tidak mempunyai hutang pada majikan saya. Namun tetap saja, saya tidak bisa lepas dari jeratan hutang. Setelah melunasi hutang yang satu, saya hutang lagi ke yang satunya lagi. Begitu seterusnya sampai saat ini ..

Read More...

05 July 2007

AR-RUWAIYS UNDERCOVER

"CUKUP BAIK." Seperti itulah Mardiyah menggambarkan kondisi di dalam penjara Ar-Ruwais di Jeddah. Meskipun ia sempat ditelanjangi pihak penjara, guna menjalani pemeriksaan kesehatan. Tetapi itu tidak mengurangi kenyamanan ia, selama mendekam di penjara Al-Ruwaiys di Jeddah.

Di setiap kamar, disediakan kasur lengkap dengan ranjangnya. Selama 13 bulan ia mendekam di sana, Mardiyah hafal setiap sudut penjara yang semua penghuninya perempuan itu.

Penjara Ar-Ruwais, menampung sekitar 25 orang di setiap kamar yang disediakan. Kamar-kamar berjajar dan berhadapan di dalam satu aula, hingga mencapai 22 buah kamar. “Untuk aula sendiri, Ar-Ruwais mempunyai 4 daerah, yang tap-tiap daerah terdapat 6 Aula”, tambah Mardiyah. Jadi, jika rata-rata setiap kamar dihuni 25 orang, total penghuni Ar-Ruwais 13.200 orang, dari berbagai penjuru dunia.

“Yang saya tahu, mereka berasal dari, Irak, Palestina, Yunan, Somalia, Nigeria, Filiphina, Afganistan, Sudan dan Indonesia”, tutur Mardiyah tentang asal-usul teman sepenjaranya. Untuk tahanan asal Indonesia, Mardiyah menjelaskan beragam sekali kasus yang telah menyeret para BMI (Buruh Migran Indonesia, red) itu. Mulai dari pelacuran, paspor palsu, KTP palsu, sampai pembunuhan.

Ungkap Mardiyah, di dalam Ar-Ruwais terdapat 4 narapidana asal Indonesia yang terancam hukuman penggal. “Di sana ada empat orang asal Indonesia yang terancam hukuman penggal, dari Bondowoso, Madura dan yang dua lagi dari luar Jawa”, tambah Mardiyah.

Mengenai usaha pendampingan selama proses pengadilan di Arab Saudi, Mardiyah tidak mendapatkan bantuan sama sekali dari pihak KBRI. “Saya dan teman-teman, hanya didampingi seorang penerjemah dalam proses pengadilan dan juga saya tidak pernah ketemu Pemerintah Indonesia selama di penjara”, ujar Mardiah.

Ungkap Mardiyah juga, tidak hanya pemerintah Indonesia saja yang membiarkan pekerjanya menjalani proses hukum sendirian, negara-negara lain pun juga berbuat demikian.

Read More...

30 June 2007

Kekerasan di PT Aula Graha Medan

MASA pra-penempatan buruh migran kita masih juga belum aman. Pasalnya, tetap saja ada calon buruh migran yang mendapatkan kekerasan selama hidup di penampungan. Ningsih, calon buruh migran asal Puger Kulon, kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur melarikan diri karena tidak betah dengan perlakuan tidak manusiawi pemilik penampungan dan bodyguard-nya.

“Saya kabur dengan memanjat pohon jarak, karena tidak kuat dengan kekerasan yang saya terima setiap hari, mulai dari makian, tendangan sampai jatah makan yang tidak layak”, ungkap Ningsih.

Masih dari pengakuannya, di PT Aula Graha Medan terdapat empat calon buruh migran asal Jember, yang ingin segera dikeluarkan. Keadaan mereka sangat menghawatirkan. “Maimunah, mengalami batuk darah. Suminah, sebelum berangkat dulu pernah digugurkan kandungannya tanpa sepengetahuan suaminya. Sofia sakit lever dan Lina akibat diperkosa, punting susunya hampir putus,” jelas Ningsih mengenai kondisi temannya.

“Saya ingin semua teman saya yang masih berada di dalam (PT Aula Graha), segera dikeluarkan dan PT Aula Graha ditutup supaya tidak ada korban kekerasan lagi," harap Ningsih, terhadap nasib keempat temannya asal Jember.

Ningsih sempat mendapatkan pesan dari teman-temannya yang masih di dalam PT, jika nantinya berhasil kabur, segera lapor ke pihak yang berwajib dan segera membebaskan yang lain.

Cholili, dari Gerakan Buruh Migran Indonesia — Jember, akan berusaha secepatnya supaya empat orang asal Jember yang masih belum keluar itu bisa segera pulang dan dapat berkumpul lagi dengan keluarga.

“Saya sudah menghubungi LBH-APIK yang berada di Medan untuk segera mengeluarkan calon BMI yang berada di PT. Aula Graha,” tambah Cholili. (hilmi)

Read More...

Sindikat Trafiking di Jember Terbongkar

SINDIKAT perdagangan manusia (trafiking, red) di kabupaten Jember mulai terbongkar. Terbukanya peredaran penjualan manusia di Jember berawal dari informasi yang diberikan Ningsih (18), calon buruh migran, asal Puger Kulon, kecamatan Puger, kabupaten Jember. Ia sempat melarikan diri dari penampungan buruh migran milik PT Aula Graha, di Jl Pintu Air, gang Ternak, Medan, karena tidak tahan dengan siksaan yang ia terima setiap hari.

Dari pengakuan Ningsih, ia dulu diberangkatkan oleh seorang perempuan yang bernama Susi, warga sekitar Terminal Tawang Alun, Jember. “Kurang lebih, setiap lima hari sekali, ibu Susi mengirim tenaga kerja asal Jember, melalui ALS,” tambah Ningsih.

Sebelum berangkat, Ningsih mengaku nama beserta alamatnya telah dipalsukan oleh Hj. Ahmad, warga Arjasa Jember.

“Setelah dipalsukan, nama saya ganti Karina, dengan umur 26 tahun dan berasal dari Arjasa,” jelas Ningsih mengenai identitas barunya.

Selama proses pemberangkatan, Ningsih diantar menggunakan jasa transportasi ALS, yang beroperasi di Terminal Tawang Alun Jember. Ningsih sempat menceritakan, waktu pemberangkatan ada beberapa oknum yang memakai seragam dinas, layaknya seorang TNI.

“Saya tidak ingin bu Susi mengirimkan orang lagi dari Jember, saya tidak ingin ada korban lagi,” harap Ningsih.

Menindaklanjuti adanya sindikat perdagangan manusia di Jember, Gerakan BMI Jember, diwakili oleh Cholili, akan melaporkan ke pihak kepolisian dan Disnakertrans Kabupaten Jember. (hilmi)

Read More...

10 June 2007

Di manakah letak kabupaten Jember?

Klik pada peta wikimapia di bawah ini.

Read More...

09 June 2007

Alamat Kedutaan Besar Indonesia di Luar Negeri

Dalam daftar di bawah ini sudah terdapat links namun belum sempurna. Penyempurnaan akan dilakukan selanjutnya.

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO AUSTRALIA
Charge d'Affaires
Mr. Imron Cotan
Address, 8, Darwin Avenue, Yarralumla A.C.T. 2600
Canberra, Australia
(P.O.BOX 616 Kingston 26)
Phone, (61-02) 6250.8600
Fax, (61-02) 6273.6017, 6273.3545
E Mail, indonemb@kbri-canberra.org.au
Web link: www.kbri-canberra.org.au

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN MELBOURNE
Consul General
Mr. Boedidojo
Address, 72 Queens Road, Victoria 3004
Melbourne,, Australia
Phone, (61-3) 9525.2755
Fax, (61-3) 9525.1588
E Mail, kjrimelb@iaccess.com.au
Web link: www.kjri-melbourne.org

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN SYDNEY
Consul General
Mr. Hertomo Reksodiputro
Address, 236-238 Maroubra Road
Maroubra Sydney NSW 203, Australia
Phone, (61-2) 93449933
Fax, (61-2) 93496854
E Mail, protocol@indonsyd.org.au
Web link: http://www.indonesianconsulatesydney.org.au/

CONSULATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN PERTH
Consul General
Mr. Mukhlis Yunus
Address, 131 Adelaide Terrace East Perth, WA 6002
Perth, Australia
(P.O.BOX 6683 East Perth)
Phone, (61-08) 9221.5858
Fax, (61-08) 9221.5688
Web link: http://www.kri-perth.org.au/

INDONESIAN HONORARY CONSULATE IN ADELAIDE
Honorary Consul
Mr. Kieran Kelly
Address, Level 2, 45 King William Street
Adelaide SA 5000, Australia
Phone, (08) 82178282
Fax, (08) 82127378
Lihat link dari Kantor-kantor Perwakilan Indonesia di Australia

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO BRUNEI DARUSSALAM
Ambassador
H. E. Mr. Yusbar Djamil
Address, Lot. 4498, Simpang 528, Kampung Sungai Hanching Baru, Jalan Muara
Bandar Seri Begawan BC 2115, Negara Brunei Darussalam
(P.O.BOX 3013 BSB)
Phone, (673-2) 330-180, 330-358, 330-361, 330-445
Fax, (673-2) 330-646
E Mail, kbribsb@brunet.bn
Web link: http://www.indonesia.org.bn/

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO KUWAIT, ACCREDITED TO BAHRAIN
Ambasador
Mr. Hadromi Nakim
Address, Kaifan, Block 5, Al. Shebani Street House No. 21
Safat 13076, Kuwait
Phone, (965) 483-9927, 483-9953
Fax, (965) 481-9250
E Mail, unitkom@kbrikuwait.org
Lihat links kontak perwakilan Indonesia (dari BKPM)

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE ARAB REPUBLIC OF EGYPT
Ambassador
H. E. Dr. Bachtiar Aly
Address, 13, Aisha El Taimouria Street, Garden City
Cairo, Egypt
(P.O.BOX 1661 CAIRO)
Phone, (20-2) 794.7200, 794.7209
Fax, (20-2) 796.2495
E Mail, pwkcairo@access.com.eg
Web (underconstruction): www.kbri-cairo.org.eg

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO IRAQ
Ambassador
H. E. Mr. Dachlan Abdul Hamied
Address, Hayil Wahda, Section No. 906 Street No. 2, House No. 77
Baghdad, Iraq
(P.O.BOX 420 BAGHDAD)
Phone, (964-1) 719-8677, 719-8679
Fax, (964-1) 719-8680

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO IRAN
Ambassador
Vacant
Address, 210, Ghaemagham Farahani Ave.
Tehran, Iran
(P.O.BOX 11365/4564 TEHR)
Phone, (98-21) 871-6865, 871-7251, 886-5864
Fax, (98-21) 871-8822

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO JORDAN
Ambassador
H. E. Mr. Edhimurti Sunoko
Address, 6th Circle, South Um-Uthaina 44 Feisal Abdul Aziz Street
Amman 11181, Jordan
(P.O.BOX 811784 AMMAN)
Phone, (962-6) 553-8911, 552-8912, 552-1648, 551-3232
Fax, (962-6) 552-8380
E Mail, amman96@go.com.jo
Web, www.geocities.com/kbri_amman

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO JAPAN
Ambassador
H. E. Mr. Abdul Irsan
Address, 5-2-9 Highashi Gotanda, Shinagawa-Ku
Tokyo 141, Japan
(P.O.BOX 11365/4564)
Phone, (81-3) 3441-4201
Fax, (81-3) 3447-1697
Web, www.indonesian-embassy.or.jp/

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN OSAKA, JAPAN
Consul General
Mr. Hupudio Supardi
Address, Daiwa Bank Semba Building 6th Floor 4-21 Minami Semba 4-Chome Chuo-Ku
Osaka 542.008, Japan
Phone, (81-06) 6252-9825 to 28, 252-9871
Fax, (81-06) 252-9872
E Mail, kjrioska@osk.3web.ne.jp
Web, www.kjriosaka.com

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE DEMOCRATIC PEOPLE'S REPUBLIC OF KOREA
Ambassador
H. E. Mr. Buchari Effendi
Address, Foreigner's Building Munsudong Taedonggang
District Pyong Yang, Democratic People's Republic of Korea
(P.O.BOX 178 PYONG YANG)
Phone, (850-2) 381-7278
Fax, (850-2) 381-7620
E Mail, kompyg2@public2.bta.net.cn

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE REPUBLIC OF KOREA
Ambassador
H. E. Mr. Abdul Ghani
Address, 55, Youido-Dong, Young Deungpo-Ku
Seoul 150-010, Republic Korea
Phone, (02) 783-5675 to 77, 783-5371 to 72
Fax, (02) 780-4280
E Mail, komsel@soback.kornet.nm.kr

INDONESIAN HONORARY CONSULATE IN PUSAN, REPUBLIC OF KOREA
Honorary Consul
Mr. Kim Soo Il
Address, 8th Floor, 384-7 PUDC Building Pujeon 2-Deong, Jin-Gu
Pusan, Republic of Korea
Phone, (051) 808-0041, 808-0057
Fax, (051) 809-0041

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN KUALA LUMPUR
Ambassador
H.E. Mr. Hadi Wayarabi
Address, No. 233, Jalan Tun Razak
Kuala Lumpur 50400, Malaysia
(P.O.BOX 10889)
Phone, (603) 2421354, 2421151, 2415228, 2411421, 2431572,
Fax, (603) 2417908, 2423878, 2410737
E Mail, kbrikl@po.jaring.my
Web, www.kbrikl.org.my

INDONESIAN CONSULATE IN JOHOR BAHRU
Consul General
Mr. Marjadi Hadisuwiryo
Address, No. 723, Jl. Anyer Molek
Johor Bahru 80000, Malaysia
Phone, (60-7) 2212000, 2223396, 2229301
Fax, (60-7) 2248309
E Mail, krijohor@tm.net.my

INDONESIAN CONSULATE GENERAL IN PENANG
Consul General
Mr. Erman Hidayat
Address, 467, Jalan Burma
Penang 10350, Malaysia
(P.O.BOX 502)
Phone, (04) 227-412
Fax, (04) 227-5887
E Mail, fakar@pc.jaring.my

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN KOTA KINABALU, SABAH
Consul General
Mr. Muchamad Sukarna
Address, Lorong Kemajuan, Karamunsing
Kota Kinabalu, Sabah 88817, Malaysia
(P.O.BOX 11595)
Phone, (60-88) 218600, 218258, 218518, 219110
Fax, (60-88) 215170
E Mail, indocon@indocon.po.my


EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN NEW ZEALAND
Ambassador
Vacant
Address, 70 Glen Road, Kelburn
Wellington, New Zealand
(P.O.BOX 3543 WELLINGTON)
Phone, (64-4) 475-8697 to 99
Fax, (64-4) 475-9374
E Mail, kbriwell@ihug.co.nz

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE PHILIPPINES
Ambassador
H. E. Mr. Soeratmin
Address, No. 185 Salcedo Street, Legaspi Village Makati City
Metro Manila, Philipines
Phone, (632) 892-5061 to 68
Fax, (632) 818-4441, 892-5878
E Mail, kbrimnl@impactnet.com

INDONESIAN CONSULATE GENERAL IN DAVAO CITY, PHILIPPINES
Consul General
Mr. Bambang Pangestoe
Address, Ecoland Subdivision Matina
Davao City, Philippines
(P.O.BOX 81038 DAVAO CIT)
Phone, (63-82) 299-2930 to 34
Fax, (63-82) 297-3462, 297-0139
E Mail, kjri-dvo@mozcom.com

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO PAKISTAN
Ambassador
H. E. Mr. Jack Said Gaffar
Address, Diplomatic Enclave I Street 5, Ramna G 5/4
Islamabad 44000, Pakistan
(P.O.BOX 1019)
Phone, (92-51) 2206-656, 2206-657, 2206-658, 2206-659
Fax, (92-51) 2821-981, 2829-145
E Mail, protkons@mail.comsats.net.pk

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE STATE OF QATAR
Charge d’Affaires
Mr. Eddy S. Suryodiningrat
Address, Al-Maahed St., Al-Salata Al-Jadeeda
Doha, State of Qatar
(P.O.BOX 2375 DOHA)
Phone, (974) 353-981
Fax, (974) 371-048
E Mail, Inemb@qatar.net.qa

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO SRI LANKA
Ambassador
Vacant
Address, 400/50 Sarana Road, Off Budhaloka Mawatha
Colombo 7, Sri Lanka
Phone, (94-1) 674-337, 685-042
Fax, (94-1) 678-668
E Mail, indocola@sri.lanka.net

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE KINGDOM OF SAUDI ARABIA
Ambassador
H. E. Mr. M. Maftuh Basyuni
Address, Riyadh Diplomatic Quarter
Riyadh 11693, Kingdom of Saudi Arabia
(P.O.BOX 94343 RIYADH)
Phone, (966-1) 488-2800, 488-2282, 488-2472
Fax, (966-1) 488-2966
E Mail, indon-riyadh@sol.net.sa

INDONESIAN CONSULATE GENERAL IN JEDDAH, SAUDI ARABIA
Consul General
Mr. Abdul Wahid
Address, Al-Mualifin Street Al-Rehab, District/5
Jeddah 21411, Kingdom of Saudi Arabia
(P.O.BOX 10 Jedah)
Phone, (00966-02) 671-1271
Fax, (00966-02) 673-0205, 673-0957
E Mail, komjed@naseej.com.sa

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE SUDAN
Ambassador
H. E. Mr. Syamsudin Yahya
Address, 84, Street 60, Block 12 El Reeyadh
Khartoum, Sudan
(P.O.BOX 13374 KHARTOUM)
Phone, (249-11) 225-106
Fax, (249-11) 225-528

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE SYRIAN ARAB REPUBLIC
Ambassador
H. E. Mr. Zarkowi Soejeti
Address, Assalam Str 17 Bld No. 10 Mazzeh Eastern Villa
Damascus, Syria
Phone, (00.963-11) 611-9630, 611-9631, 611-7939
Fax, (00.963-11) 611-9632
E Mail, kbridams@cyberia.net.lb

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THAILAND
Ambassador
H.E. Mr. Sutria Tubagus
Address, 600-602 Petchburi Road, Phyathai
Bangkok 10400, Thailand
Phone, (66-2) 2523135 to 40, 2523177 to 78, 2523180
Fax, (66-2) 2551267
E Mail, kukbkk@ksc11.th.com

CONSULATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN SONGKHLA
Consul
vacant
Address, 19, Sadao Road, Amphur Muang
Songkhla 90000, Thailand
Phone, (66-74) 311544, 312219, 441867
Fax, (66-74) 441094
E Mail, song4kom@hadyai.loxinfo.co.th

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE UNITED ARAB EMIRATES
Ambassador
Vacant
Address, Zone 2 Sector 79 Villa No. 474, W-25, Plot No. 5 Sultan Bin Zayed Street (Str. No.32)Al Bateen Area
Abu Dhabi, United Arab Emirates
(P.O.BOX 7256 ABU DHABI)
Phone, (971-2) 445-4448
Fax, (971-2) 445-5453
E Mail, indoemb@emirates.net.ae

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE UNITED STATES OF AMERICA
Ambassador
H. E. Mr. Soemadi D. M. Brotodiningrat
Address, 2020 Massachusetts Avenue, N.W.
Washington D.C. 20036, United States of America
Phone, (1-202) 775-5200 to 775-5207
Fax, (1-202) 775-5365
E Mail, komwsh@embassyofindonesia.org
Web, www.embassyofindonesia.org

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN LOS ANGELES, U.S.A.
Consul General
Mr. Handriyo Kusumo Priyo
Address, 3457 Wilshire Boulevard
Los Angeles C.A. 90, United States of America
Phone, (1-213) 383-5126
Fax, (1-213) 487-3971
E Mail, kjri@kjri-la.com
Web, www.bidpensosbud-la.com

CONSULATE GENERAL REPUBLIC OF INDONESIA IN NEW YORK, U.S.A.
Consul General
Mr. Kristio Wahyono
Address, 5, East 68th Street
New York NY 1002, United States of America
Phone, (1-212) 879-0600 to 15
Fax, (1-212) 570-6202
E Mail, kjriny@ix.netcom.com
Web, www.indony.org

CONSULATE GENERAL REPUBLIC OF INDONESIA IN CHICAGO, U.S.A
Consul General
Mr. Daulat Hotma Audison Pasaribu
Address, 72 East Randolph Street
Chicago Illinois 60601, United States of America
Phone, (1-312) 345-9300 to 5
Fax, (1-312) 345-9311

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN SAN FRANSISCO, U.S.A.
Consul General
Mr. Susanto Prio Utomo
Address, 1111 Columbus Avenue 94133
San Fransisco California, United States of America
Phone, (1-415) 474-9571 to 9577
Fax, (1-415) 441-4320

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE UNITED KINGDOM
Ambassador
Vacant
Address, 38, Grosvenor Square
London W1X 9HW, United Kingdom
Phone, (44-171) 499-7661
Fax, (44-171) 491-4993
E Mail, kbri@indolondon.freeserve.co.uk
Web, www.indonesianembassy.org.uk/

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO VIETNAM
Ambassador
H. E. Mr. Aiyub Mohsin
Address, 50, Ngo Quyen Street
Hanoi, Vietnam
Phone, (84-4) 825-3323, 825-3353, 825-7969
Fax, (84-4) 825-9274
E Mail, indohan@netnam.vn, komhan@hn.vnn.vn

CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN HO CHI MINH CITY
Consul General
Mr. Suparmin Sunjoyo
Address, 18, Phung Khac Khoan Street Dist. 1
Chi Minh City, Vietnam
Phone, (84-8) 825-1888, 825-1889
Fax, (84-8) 829-9493
E Mail, indochmc@hcm.fpt.vn

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE REPUBLIC OF YEMEN
Ambassador
H. E. Mr. Yulwis Yatim
Address, Hadda Area, House NO. 16 Hadda
Sanaa, Republic of Yemen
(P.O.BOX 19873 SANAA)
Phone, (967-1) 414-633
Fax, (967-1) 412-956
E Mail, indosan@y.net.ye

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA TO THE STATE OF KUWAIT
Ambassador
H. E. Mr. Hadromi Nakim
Address, Kaifan, Block 5, Al. Shebani Street House No. 21
Safat 13076, Kuwait
Phone, (00965) 483-9927, 483-9953
Fax, (00965) 481-9250
E Mail, unitkom@kbrikuwait.org

Read More...

08 June 2007

Pasangan Nur Fadillah & Sumito

Read More...

Nur Fadilah Hilang di Malaysia

Lama ditunggu-tunggu kabar dan kepulangannya oleh keluarganya!
Nur Fadilah (32) asal Bondowoso, Jawa Timur, sejak 1999 bekerja ke Malaysia. Ia diberangkatkan oleh calo yang bernama Hayumi asal kecamatan Jenggawah, Jember, yang bekerjasama dengan pihak kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), kabupaten Jember, Jawa Timur.

Sejak awal ia bekerja di Malaysia ia menyampaikan kepada suaminya yang bernama Sumito bahwa pekerjaannya sangat berat dan meskipun demikian ia mau berusaha bertahan dan tetap akan menjalankan kewajiban pekerjaannya.

Selain pekerjaannya sangat berat ia juga acapkali mendapatkan kekerasan dari majikan perempuannya. Majikan perempuannya sering merasa cemburu kepadanya sehingga ia selalu disalahkan. Menurutnya, majikan laki-lakinyalah yang nakal. Ia sering digoda dan dirayu.

Selain majikan laki-lakinya sering menggoda, saudara laki-laki majikannya pun melakukan hal yang sama. Akibatnya, ia merasa tidak betah lagi. Akhirnya ia melarikan diri dari majikannya. Hingga saat ini belum ada informasi yang jelas tentang keberadaannya.

Saat ia berangkat ke Malaysia, ia meninggalkan seorang anak perempuan yang bernama Cecilia sejak berusia lima tahun. Sekarang anak perempuannya sudah menginjak masa belajar di SLTP.

Cecilia berharap mamanya cepat pulang! Ia ingin ditemani oleh mamanya saat ia mau mendaftarkan ke SLTP nanti.

Dan jika anda pernah bertemu dan atau menemukan Nur Fadilah harap menghubungi adik kandungnya yang bernama Siti Kholifah dengan nomor handphone: +62-813-5819-7660.

Read More...

Mama ada di mana? Kapan pulang, Ma?

"Papa, mama kemana? Kapan mama mo pulang?"Itulah kalimat pertanyaan yang sering disampaikan oleh Cecilia kepada ayahnya Sumito. Maklum saja karena ia ditinggalkan oleh ibunya Nur Fadilah ke negeri jiran semenjak ia masih baru masuk taman kanak-kanak. Hingga saat ini tidak ada kabar dan belum pulang.

Harapan yang sangat mendalam supaya ibunya bisa segera pulang dan berkumpul bersama mereka bak keluarga lainnya selalu terpancar dari sorot matanya. Dan sesekali ia mengeluarkan air mata ketika ada orang yang bertanya tentang mamanya.

Cece panggilan akrabnya. Sejak ia ditinggal oleh ibunya, ia memilih tinggal bersama tantenya. Mungkin dengan demikian ia bisa merasa punya ibu.

Dan walaupun ia termasuk anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dan asuhan dari seorang ibu kandungnya sejak kecil namun tidak memudarkan semangat untuk terus dan terus belajar.

Hasil dari kegigihannya untuk belajar, ia selalu menjadi bintang pelajar dalam kelasnya dan ia juga pernah mendapatkan beasiswa prestasi matematika saat ia kelas 5 SD dari Dinas Pendidikan dan BRI Bondowoso.

Sekarang ia hendak melanjutkan ke SLTP dengan harapan ia bisa diantar langsung oleh ibunya sendiri ketika ia mau mendaftarkan nanti.

Semoga harapanmu bisa cepat ketemu dengan ibumu!!!


Read More...

05 June 2007

Tentang Blog Ini

Wadah ini didedikasikan untuk semua buruh migran dari Indonesia yang berada di mana saja di seluruh dunia, tetapi terutama juga untuk mereka yang berasal dari kabupaten Jember. Anda juga dapat berkomunikasi dengan sesama buruh dan para pejuang mereka demi keadilan dan kesejahteraan bersama.

Bagi mereka yang menyumbangkan donasi kepada kami, kami persilakan melihat ke halaman ini. Klik.

Read More...

03 June 2007

GERAKAN BMI JEMBER

Pada tanggal 1 bulan suci Ramadhon 1425 H bertepatan dengan tanggal 18 Oktober 2004 nun di ujung selatan kabupaten Jember, Jawa Timur, di sebuah desa yang menjadi salah satu tempat asal para buruh migran, di desa Andongsari, kecamatan Ambulu dideklarasikanlah sebuah organisasi sebagai bengkel gerakan buruh migran asal kabupaten Jember. Gerakan ini diberi nama "Gerakan Buruh Migran Indonesia di Jember" atau singkatnya "Gerakan BMI Jember".


Alamat kami

Jl. Jum'at, gang Opec 138, RT02 RW02
Mangli, Kaliwates, Jember, Jawa Timur 68136
Indonesia
Telpon: 62-331-7822269

Read More...

28 May 2007

When do you come back here?

This day the feeling back to attack me
Same like days yesterday
Emptiness and silence this heart
As if never stop to rehearse me

I see twinkle the stars in the sky
Remember me with figure that always love me
And her face that soft patientfull
So much to lock up me in the longing circle

Mom .. when do you come back here?
You leave me long time
To try ones luck in abroad
Not a single one news I listen from you

Oh .. my god! Only for you I ask something
Protect my mom that looking for livelihood in abroad
Untill arrive we come together
Amen ..!!!

Read More...

Alamat Penting Jawa Timur bagi Kepentingan Buruh Migran

Surabaya
SCCC (Surabaya Children Crisis Centre)
Email: sccc@indo.net.id
Fax (031) 5055188
Contact person: Nonot Suryono: 081553276113

Yayasan Genta
Jl. Dukuh Kupang Barat 2 No. 23
Fax: (031) 8431088
Contact person: Abidah - 081703185511

PUSHAM (Pusat Studi HAM) UNAIR
LPKM, Jl. Darmawangsa Dalam
Email: bamboo_ua@yahoo.co.id
Telpon: (031) 5035193; Fax: (031) 5012442
Contact person: Drs. Bambang Budiono - 08123111570

PUSHAM (Pusat Studi HAM) UBAYA
Jl. Raya Kalirungkut
Email: pusham@dingo.ubaya.ac.id
Telpon: (031) 2981345

IOM (International Organization for Migration)
Jl. Untung Surapati No. 1 Surabaya 60264
Telpon: 60050515
Contact person: Ana - 08123020917

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) DPW Jawa Timur
Email: sbmi_dpwjatim@yahoo.com
Contact person: Moch. Cholily - 081 336 336 009

LBH Surabaya
Jl. Kidal No. 6 Surabaya 60131
Telpon: 031-5022273, 5024826 Fax.: 031-5024717

BP2TKI Jawa Timur
Jl. Jangir wonokromo No. 358 Surabaya Jawa Timur

Sidoarjo

Jarnas Pekabumi Jawa Timur
Contact person: Puguh - 081330967354
Jember

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) DPC Jember/ Gerakan BMI Jember
Jl. Jum’at Gang Opec 138 RT 02/II Mangli Kaliwates Jember
Emaiol: gerakan_bmi_jember@yahoo.co.id
Telpon: 0331-7822269
Contact person: Indah Lestari Asih - 081 559 876 254
Lumajang

Solidaritas Buruh Migran Indonesia (SBMI)
Perum PJK Barat No. 17 Klakah, Lumajang, Jawa Timur 67356
Contact person: A’ak - 08155900037

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) DPC Malang
Contact person: Jiati - 085234626692

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) DPC Banyuwangi
Contact person: Qadir - 081 559 708 112

SBMI (Serikat Buruh Mirgan Indonesia) Bondowoso
Contact person: Arianto - 081615269629

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia)
Kediri
Contact person: Wi’am - 085232618422

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) PAC Plosoklaten
Contact person: Danang - 085645411643; Juwito : 085649201417

SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) PAC Wates
Contact person: Anik Kusuma - 081359790030

Read More...

25 May 2007

Jalan Terang

Ceritera pendek oleh Dian
Bu guru juga bilang kalau sampai bulan depan belum bayar, Nur tidak boleh mengikuti ujian.


Kegelapan mulai menyelubungi bumi. Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Udara terasa dingin di luar. Angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Aku berdiri di depan pintu rumahku, menatap jauh ke ujung jalan. Harap-harap cemas melanda hatiku selama menanti ibuku pulang, aku ingin sekali mendengar berita yang dibawa ibuku nanti. Oh! Mengapa ibu belum muncul juga.

Setelah aku merasa jemu, kulihat Menur duduk di kursi rotan di sudut ruangan, cahaya lampu neon menimpa tubuhnya yang kurus kering.

“Nur! Semoga saja ibu nanti dapat pinjaman uang dari Pak Khasim, supaya kamu bisa melunasi tunggakan di sekolah.”

“Iya kak, Nur juga malu setiap hari diledekin teman-teman karena belum bayar SPP. Bu guru juga bilang kalau sampai bulan depan belum bayar, Nur tidak boleh mengikuti ujian.”

Terdengar langkah gontai memasuki ruang tamu, kulihat wajah ibu yang tertunduk lesu dengan pandangan kosong, kudekati ibuku dan bertanya, “Apa ibu sudah mendapat pinjaman dari pak Kasim?”



“Ibu belum mendapatkan pinjaman dari pak Kasim nduk..!!”

Kulihat Menur, menghela nafas, sambil berjalan menuju kamarnya. Sesaat kemudian suasana hening. Kami hanyut dalam fikiran masing-masing.

“Nduukk...!!”

Suara Ibu kembali memecah keheningan.

“Bagaimana kalau kamu terima saja tawaran Pak Sigit untuk bekerja jadi TKW..?”

Kutatap wajah Ibu yang memelas. Rasanya tidak tega aku menolak tawaran ibu. Meskipun sebenarnya aku enggan meninggalkan keluarga dan desaku. Namun apa daya, sejak meninggalnya ayah setahun yang lalu, perekonomian keluargaku sangat memprihatinkan.

Sehari-hari aku membantu ibuku berjualan sayur di pasar, yang penghasilannya tidak seberapa. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Belum lagi biaya sekolah Menur adikku. Meskipun kehidupan kami serba kekurangan, namun aku tidak ingin Menur putus sekolah.

“Bagaimana Mar..? Apa kamu setuju dengan usulan ibu ..?”

Pertanyaan Ibu membuyarkan lamunanku.

Kuhela nafas panjang, dan kujawab pelan,”Baik Bu.. Kalau itu memang terbaik buat keluarga kita, besok aku akan menemui pak Sigit!”

‘Maafkan Ibu, nak. Ibu sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ibu terpaksa menyuruhmu bekerja karena tanggungan kita semakin banyak..!”

Aku tersenyum menatap ibuku.

“Tidak apa-apa Bu .. Itu sudah menjadi kewajiban Warsih sebagai seorang anak!”

“Terimakasih nduk .. Kamu memang anak yang berbakti.”

Ibu menangis sambil memelukku.

“Sudahlah Bu .. Ini sudah malam sebaiknya Ibu tidur saja. Besok Ibu masih harus berjualan di pasar ..”

Kutuntun Ibuku menuju kamar. Kulihat Menur sudah tertidur pulas sambil memeluk guling usangnya.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 12 malam, namum aku tidak bisa memejamkan mata. Aku larut dalam lamunanku. Masih terngiang perkataan pak Sigit dua hari yang lalu, saat dia menawariku bekerja sebagai TKW di luar negeri dengan gaji yang cukup besar.

Memang banyak teman sepermainanku sudah terlebih dahulu menjadi TKW. Tidak jarang mereka pulang membawa uang banyak sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka.
Tekadku semakin bulat. Aku ingin seperti mereka, bisa membahagiakan ibuku dan juga menyekolahkan Menur adikku. Kantuk mulai menyerang mataku. Sedetik kemudian aku terlelap dalam tidur, terbuai mimpi indah tentang masa depanku.

***

Pagi itu, seperti biasa kulihat ibu menata sayuran di dalam karung, hari ini ia pergi berjualan sendiri, karena aku harus menemui pak Sigit untuk menanyakan tentang tawaran kerja sebagai TKW. Kulihat Menur masih tertidur. Hari ini ia tidak pergi ke sekolah karena hari Minggu.

Aku bergegas ke belakang untuk membersihkan badanku. Hari ini dengan langkah pasti aku berjalan kaki menuju rumah pak Sigit yang letaknya tak seberapa jauh dari rumahku.

Kakiku berhenti pada rumah kecil namun asri. Di sekelilingnya banyak tumbuh bunga dan rumput yang hijau. Tanpa sadar dari dalam rumah ada orang yang memperhatikanku dan membukakan pintu untukku. Dari balik pintu kulihat senyum ramah Bu Asih, istri Pak Sigit.

“Eh .. Marni mari masuk jangan berdiri disitu..!”

Tangannya menggandengku masuk ke dalam rumah.

“Mari silahkan duduk. Tumben pagi-pagi sudah ke rumah Ibu. Apa ada yang bisa Ibu bantu?”

Sambil tersenyum ia menatapku.

“Ii .. iy .. yaa .. Bu. Saya ke sini mau menemui Pak Sigit. Apa Pak Sigitnya ada Bu..?”

Tergagap aku menjawab pertanyaan Bu Asih.

“Oh .. Pak Sigit iya ada di belakang. Biar saya panggilkan sebentar..!”

Bu Sigit beranjak dari tempat duduknya, menuju ke dalam rumah.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki memasuki ruang tamu. Kulihat Pak Sigit menatapku sambil mengernyitkan keningnya dan duduk di depanku.

“Ada apa Marni ..?” tanya Pak Sigit padaku.

“Maaf Pak .. Pagi-pagi sudah mengganggu. Kedatangan saya ke sini ingin menanyakan pada Bapak tentang lowongan kerja menjadi TKW yang Bapak tawarkan kepada saya dua hari yang lalu ..!”

Dengan sopan aku bertanya kepada Pak Sigit.

Sambil tersenyum Pak sigit berkata, ”Apa kamu sudah siap bekerja di luar negeri..? Inget Marni, di sana kamu harus bekerja keras dan siap berpisah dengan keluargamu di sini ..”

“Iya...Pak Insya’ Allah saya siap!”

Dengan pasti aku menjawab pertanyaan Pak Sigit.

“Kalau kamu sudah siap, apa kamu sudah tahu ketentuan atau persyaratan apa saja untuk menjadi seorang TKW..?”

Mendengar perkataan Pak Sigit aku semakin bingung dengan pelan aku menjawab.

”Belum Pak .. Saya sama sekali belum tahu persyaratan untuk menjadi TKW!”

“Begini Marni, selain kamu harus sehat secara fisik, kamu juga harus memenuhi beberapa persyaratan seperti punya KTP asli, Kartu Keluarga, dan surat ijin orangtua, supaya kamu bisa mengurusi paspor dan visanya. Selain itu yang lebih penting kamu harus daftar lewat agen PJTKI yang jelas. Makanya cek dulu PJTKI itu ke Disnaker setempat. Karena hanya PJTKI resmi yang terdaftar di Disnaker. Setelah itu kamu akan dilatih dulu di penampungan PJTKI sebelum berangkat,” jelas Pak Sigit panjang lebar.
“Bagaimana Marni apa kamu sudah mengerti dengan penjelasan saya..?” kembali Pak Sigit bertanya padaku.

Sambil tersenyum, aku menjawab, ”Iya..Pak. Sedikit banyak saya mulai mengerti tentang persyaratan apa saja yang harus dipenuhi sebelum menjadi TKW.”

“Pengetahuan dasar seperti itu memang harus diketahui, oleh para calon TKW. Bagaimana? Kapan kamu akan mendaftarkan diri menjadi TKW?” tanya Pak Sigit kepadaku.
“Secepatnya Pak .. Tapi saya masih sedikit bingung ke mana saya pertama kali harus berangkat ..?”

“Kamu tidak perlu bingung kebetulan saya punya kenalan yang bekerja menjadi petugas di PJTKI. Kalau kamu mau saya bersedia mengantarmu kapan saja asal saya tidak sibuk.”
“Dengan senang hati, saya terima bantuan Bapak.”

Marni mengangguk senang mendengar tawaran Pak Sigit.

“Kalau begitu, saya pamit mau pulang dulu ingin membicarakan hal ini sama ibu.”

“Ya... silahkan kamu merundingkan dengan ibumu. Kalau ada kabar segera hubungi saya.”

“Baik Pak .. Secepatnya saya akan menghubungi Bapak. Terimakasih atas penjelasannya. Sampaikan salam saya pada Bu Asih Pak..!”

Sambil beranjak dari tempat duduk Marni menjabat tangan Pak Sigit.

Dengan langkah ringan Marni bergegas pulang kerumahnya.

Sepulang Ibunya berjualan di pasar, Marni menceritakan kembali apa saja yang sudah dijelaskan oleh Pak Sigit kepada Ibunya.

Ibunya hanya bisa mendengarkan dan mendukung apa yang akan dilakukan oleh Marni.
Seminggu kemudian setelah memperoleh ijin dari keluarganya dan berbekal uang seadanya, Marni pergi ke kota diantar oleh Pak Sigit menuju tempat penampungan PJTKI. Di sana Marni dan teman-teman yang lain mendapat pelatihan, mulai dari pelajaran bahasa Taiwan, Hongkong, Inggris, dll. Juga diajari cara memasak dengan menggunakan kompor gas, rice cooker, mesin cuci, dan peralatan modern yang lain.

Empat bulan kemudian, Marni lulus pelatihan dan diberangkatkan ke Taiwan sebagai pembantu rumah tangga.

Usaha dan kerja keras Marni membuahkan hasil. Di sana ia bekerja pada sebuah keluarga seorang pengusaha yang dermawan. Sehingga setiap bulannya Marni mampu mengirim uang untuk Ibu dan Menur adiknya. Selain itu Marni juga menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung sebagai modal membuka usaha di desanya.

Marni bersyukur karena telah mendapat informasi yang jelas, dan mendaftarkan diri pada PJTKI yang legal tidak melalui calo. Sehingga Ia tidak harus mengalami nasib na’as seperti teman-temannya yang lain, seperti disiksa oleh majikannya, digaji di bawah standar, bahkan sampai ada yang diperjualbelikan sebagai pekerja seks komersial, dll.

Dengan kegigihan dan keuletan, Marni berhasil menjalani lika-liku kehidupannya. Dan kini jalan terang menuju masa depan yang cerah sudah terbentang di hadapannya. Sudah dua tahun Marni bekerja di Taiwan. Lebaran tahun depan ia berniat pulang untuk menjenguk keluarganya di desa.

Technorati Profile

Read More...

Kapan Kau Kembali

Hari ini rasa itu kembali menyerangku

Sama seperti hari-hari yang kemarin

Kehampaan dan kesunyian hati ini

Seakan tak pernah berhenti menghajarku

Kulihat bintang yang gemerlap di

langit biru

Mengingatkanku pada sosok yang

selalu menyayangi dan mengasihiku

Dan wajahnya yang lenbut penuh

ketabahan

Semakin mengurungku dalam

lingkaran kerinduan


Ibuuu .. kapankah ibu kan pulang ..?

Lama sudah ibu meninggalkanku

mengadu nasib di rantau orang

Tak satu pun kabar kudengar darimu

Oh ..Tuhan! Hanya padamu aku memohon

Lindungilah ibuku yang mengais rizki di

negeri orang.

Hingga tiba saatnya kami berkumpul kembali

Amien .. !!!

Read More...

Dogman

Di ruang praktik cak Hasan terlihat antrean pasien. Kaki cak Kardono tampak berdarah dan jalannya pincang sembari dipapah ning Minah.

"Kenèk opo cak ..?" tanya cak Hasan.

Cak Kardono meringis kesakitan. "Tadi digigit anjing."

Tak lama kemudian ning Minah bercerita: Tadi cak Kardono bangun pagi untuk lari-lari. Ternyata anjing dari kampung sebelah tidak terima dan menggonggong. Karena jengkel dan kaget, cak kardono melempar anjing dengan kaleng dan batu.

"Anjing tidak terima lalu mengejar dan mengigit kaki cak Kardono," cerita ning Minah.

"Wah kalau begitu sampeyan sangat beruntung, cak,” kata cak Hasan kagum.

“Kalau Peter Parker yang digigit laba-laba (spider) bias jadi spiderman, sampeyan sebentar lagi pasti jadi dogman. Bisa ngetop jadi bintang film."

Cak Wahid

Sumber: Harian Surya, 16 Mei 2007

Read More...

24 May 2007

Dwi Mardiyah, di mana dan bagaimana keadaanmu di Arab Saudi?

Kembali terulang, buruh migran asal Jember terjerat kasus di negeri orang. Dwi Mardiyah (38) buruh migran perempuan Arab Saudi asal desa Sukorejo, kecamatan Bangsalsari, kabupaten Jember disel dan terancam hukuman rajam oleh pemerintah Arab Saudi.

Berdasarkan pengaduan adik korban, Jainuri kepada Gerakan Buruh Migran Jember, Dwi Mardiyah sudah pulang pergi ke Arab Saudi sebanyak tiga kali. Ia terakhir berangkat tahun 2003. Pada tahun pertama, komunikasi dengan keluarga di desa lancar. Namun sejak 2006 komunikasi dengan keluarga sudah terputus. Dan terakhir, bulan September 2006 Mardiyah mengirim sebuah surat yang mengabarkan bahwa ia sedang ditahan, tanpa menyebutkan alasan atau kasus yang menimpanya.

Menindaklanjuti pengaduan tersebut, Senin (7/5) Gerakan BMI Jember mendampingi Jainuri mengadukan kasus yang dialami kakaknya ke kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Sayangnya pengaduan Jainuri tidak disambut baik oleh pihak Disnakertrans. Hal ini tampak dari sikap kepala kantor dinas itu yang tidak bersedia menemui Jainuri.

“Pak kepala sedang berada di kantor Pemkab,” begitulah tutur salah satu staf Disnakertrans.

Anehnya, selang beberapa saat dan tanpa diketahui lewat pintu mana Pak Thamrin (Kepala Disnakertrans Jember) memasuki ruang kerjanya. Seorang staf yang berkantor di situ mengatakan bahwa kepada dinas ingin menemui Jainuri di ruang kerjanya. Sungguh keanehan yang tidak masuk akal.

Kendati demikian kepala Disnakertrans pun tak kunjung menemui Jainuri. Akhirnya mereka hanya ditemui oleh Ketua Bidang Pelatihan dan Produktivitas Mochammad Hasyim. “Kami akan segera menelusuri (kasus ini) terlebih dahulu,” kata pejabat dinas itu.

Jainuri pun meminta kejelasan akan penyelesaian kasus yang dialami kakaknya tersebut tetapi pihak Disnakertrans tidak memberikan kejelasan kapan kasusnya akan ditangani.

Meskipun merasa kecewa, Jainuri hanya bisa menerima dan berharap pihak Disnakertrans bisa segera menyelesaikan kasus kakaknya dan segera memulangkan kakaknya itu.*

Read More...

23 May 2007

Apakah Hak-hak Buruh Migran?

  1. bekerja di luar negeri;
  2. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;
  3. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;
  4. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya;
  5. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan;
  6. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan;
  7. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri;
  8. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal; dan
  9. memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.

Read More...

22 May 2007

Apakah tanggung jawab pemerintah terhadap para buruh migran?

  1. menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
  2. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
  3. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri;
  4. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan
  5. memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.

Read More...

21 May 2007

Pelaksana Penempatan Buruh Migran di Luar Negeri

Siapakah pelaksana penempatan buruh migran di luar negeri?

Pelaksana penempatan BMI di luar negeri terdiri dari:

(1) Pemerintah
: Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah hanya dapat dilakukan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara Pengguna TKI atau Pengguna berbadan hukum di negara tujuan. Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan penempatan TKI oleh Pemerintah ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pelaksana Penempatan TKI Swasta
: Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta wajib mendapat izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri. Untuk dapat memperoleh SIPPTKI, pelaksana penempatan TKI swasta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  • berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
  • memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, sekurang-kurangnya sebesar Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
  • menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk deposito sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) pada bank pemerintah;
  • memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri sekurang-kurangnya untuk kurun waktu 3 (tiga) tahun berjalan;
  • memiliki unit pelatihan kerja; dan
  • memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Pelaksana penempatan TKI swasta hanya dapat memberikan kewenangan kepada kantor cabang untuk:
  • melakukan penyuluhan dan pendataan calon TKI;
  • melakukan pendaftaran dan seleksi calon TKI;
  • menyelesaikan kasus calon TKI/TKI pada pra atau purna penempatan; dan
  • menandatangani perjanjian penempatan dengan calon TKI atas nama pelaksana penempatan TKI swasta.
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang pelaksana penempatan TKI swasta, menjadi tanggung jawab kantor pusat pelaksana penempatan TKI swasta.

Read More...

20 May 2007

Apakah tanggung jawab dan tugas pemerintah?

  1. pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri; dan
  2. pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri.

Read More...

Uluran tangan Anda menambah terang nyala kehidupan kami para buruh migran di Indonesia

Para buruh migran dari Jember sekarang banyak tersebar di berbagai negara. Mereka berjuang untuk mengais sesuap nasi untuk kehidupan mereka karena berbagai jepitan kesulitan di tempat asal mereka.

Setelah pulang dari negara-negara tempat mereka bekerja, mereka juga masih harus berjuang bersama melawan berbagai masalah kemiskinan. Berbagai keterbatasan dan kesulitan warga pedesaan menjadi sasaran dari perdagangan manusia. Perjuangan dan gerakan ini membutuhkan uluran bantuan Anda sekali.

Jika Anda ingin menyumbangkan kemurahan hati Anda, kami menerima donasi di Rekening berikut ini.

Bank Mandiri, cabang Jember
143-00-0455749-0
atas nama INDAH LESTARIASIH

Keterangan: Indah Lestariasih adalah Sekretaris Pelaksana Harian dari organisasi kami.

Salam kami,
Gerakan Buruh Migran Indonesia di Jember, Jawa Timur, Indonesia.

Read More...

14 May 2007

Tas dan kèsèt manis, plus secangkir kopi

PARA mantan buruh migran dari Jember mendirikan kelompok kerja kerajinan sebagai kegiatan ekonomi setelah mereka pulang dari bekerja di luar negeri. Mereka yang tergabung di desa Andongsari, kecamatan Ambulu, Jember membentuk kelompok kerja ini sejak tiga tahun silam. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh ibu Sugi, mantan buruh migran Indonesia (BMI) yang semula bekerja di Arab Saudi.

Kegiatan ini menghasilkan di antaranya adalah alas kaki (kèsèt) yang terbuat dari limbah potong kaos dan karung goni. Untuk mendapatkannya, mohon kontak sdr. Hakim ke HP: 0852-36944773Dalam satu minggu per orang dapat menghasilkan sebanyak satu sampai tiga buah keset. Di samping itu, kelompok ini juga menghasilkan barang-barang kerajinan yang lain seperti berbagai jenis tas untuk perempuan, dan membuka warung kopi lesehan di pinggir jalan raya antara kecamatan Ambulu dan desa Sabrang, tepatnya di dusun Watukebo, desa Andongsari.

Mau beli? Harganya murah. Mutunya tidak kalah dari yang dijual di pusat belanja Carrefour di Jakarta. Karena memang barang-barang kami disalurkan ke sana. Satu buah keset seukuran 50 x 30 cm kami jual dengan harga Rp20.000, tapi kalau mau dikirim harus Anda ongkosi sendiri. Kami siap mengurus.

Untuk satu cangkir cina kopi hangat hanya Rp1.500. Masih tersedia makanan kecil yang lain. Kalau kebetulan lewat desa Andongsari, jangan lupa mampir. Sebab, di situlah kami juga menyediakan berbagai bacaan lain tentang pengurusan buruh migran yang baik, benar dan menguntungkan para buruh sendiri.

Untuk tas perempuan yang umumnya terbuat dari bahan-bahan mentah tekstil terutama benang, berbagai warna, Anda dapat memperolehnya seharga rata-rata Rp25.000 s.d. Rp35.000.

Untuk mendapatkan barang-barang kerajinan ini, silakan hubungi Sdr. Hakim -- kontak HP: 0852-36944773.

Read More...

Migrant Workers Movement

This blog is managed by the working group for migrant workers in Jember of EJava, Indonesia. We work together mostly with former migrant workers who originate from Jember district but now have returned back home and also preparing for the departure of those would-be migrant workers to reduce all detrimental practices of merely business driven work placement overseas.

Read More...

LAPORAN
MEDIA MASSA!