06 April 2008

Teater Buruh Migran: Isak Tangis Keluarga dan Sanak Saudara

Memperdengarkan pembacaan puisi-puisi para mantan dan keluarga buruh migran asal Jember, parodi anak-anak para buruh migran dan teater tentang cerita buruh migran mampu menarik perhatian dan simpati warga masyarakat yang hadir dalam peringatan hak-hak asasi manusia, Desember lalu.

Alunan musik tanpa lagu mengiringi pembacaan puisi para mantan buruh migran. Kemudian dilanjutkan dengan parodi anak-anak yang sesekali membuat terkesima dan gelak-tawa para penonton karena lucu. Tawa, sorak ceria dan tepuk tangan para hadirin meramaikan suasana lapangan Ambulu, Jember.

Namun, suasana berubah menjadi hening ketika parodi usai dan mulai tampil teater persembahan mahasiswa-mahasiswi STAIN Jember dan Teater Genta Surabaya.

Dibantu oleh alat musik ”Arabian” dan alat musik tradisional serta narasi-narasi yang mengiringi olah tubuh para pemain teater yang total dan lebur diri dalam memerankan tokoh-tokoh dalam cerita, pementasan teater itu membuat para penonton mulai meneteskan air mata.


Pukulan, tendangan dan siksaan bahkan perkosaan dan pelecehan seksual lainnya dihadirkan (lagi) dalam cerita ini. Suasana menjadi terpusat mengikuti irama dan adegan demi adegan para pemain. Tak satu pun di antara para hadirin melewatkan penghadiran ceritera yang mencekam ini.

Terlihat dari para hadirin mengusap tetesan air mata. Bukan hanya para mantan buruh migran yang menangis, tetapi anak-anak yang orang tuanya sedang berada di luar negeri juga ikut menangis. Mereka mengatakan, khawatir ibu mereka mangalami nasib seperti dalam cerita teater ini.

Acara berakhir dengan penuh kesan dan inspirasi yang sangat mendalam. Tak satu pun manusia di muka bumi ini termasuk para buruh migran asal Indonesia yang boleh diperlakukan dengan cara sewenang-wenang sebagaimana dikisahkan dalam ceritera itu. Itulah pesan mendalam dari certia. (8183)

Read More...

Rame-Rame Peringati Hari HAM Se-Dunia

Peringatan Hari HAM se-dunia tidak hanya melulu dihadiri oleh anggota SBMI cabang Jember akan tetapi hadir dalam acara tersebut; Muhammad Nour (ILO Jawa Timur), Moch. Cholily (SBMI DPW Jawa Timur), Miftah Farid (SBMI Pusat), Franky Sahilatua (Duta BMI), Komisi IX DPR RI, Disnakertrans Kabupaten Jember, Imigrasi Jember, siswa-siswi di Jember, akademisi, Budayawan dan aktivis, tokoh masyarakat dan partisipan lainnya. Mereka rame-rame memperingati hari HAM Internasional yang jatuh pada tanggal 18 Desember.

Dalam sesi orasi, mereka diberi kesempatan dan kebebasan untuk menyampaikan uneg-uneg, aspirasi, dan harapan-harapannya.

Titik Sunjani mantan BMI Arab Saudi yang mengalami kekerasan dan pelecehan menyampaikan, “Segera bebaskan teman-teman yang saat ini masih disekap dan dianiaya diArab Saudi. Pemerintah harus menindak tegas para pelaku pengirim BMI yang tidak bertanggung jawab!”

Menurut Titik, masih banyak buruh migran Indonesia yang saat ini mengalami perlakuan tidak manusiawi di Arab Saudi dan butuh tindakan penjemputan paksa oleh pemerintah.

“Jika pemerintah tidak melakukan maka tidak sedikit di antara mereka yang akan mati sia-sia karena disiksa.”

Perwakilan Internasional Labour Organization Jawa Timur, Mohammad Nour, menyatakan: “Pada prinsipnya ILO mendukung pemenuhan dan perlindungan hak-hak buruh migran yang selama ini banyak mengalami pelanggaran.

Senada dengan yang disampaikan perwakilan ILO, ketua SBMI pusat Miftah Farid menyatakan SBMI akan selalu mengingatkan pemerintah terutama pemerintah pusat untuk lebih meningkatkan perlindungan untuk para buruh migran daripada hanya membicarakan tentang peningkatan devisa dan pengiriman calon buruh migran ke luar negeri.

Sedangkan Ketua SBMI DPW Jawa Timur, Moch. Cholily, menegaskan bahwa Perda No 2/2004 tentang Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI ke Luar Negeri harus segera dicabut karena cacat hukum.

Menurut Cholily, Perda ini harus gugur demi hukum karena pengesahan dan pemberlakuan Perda ini sebelum UU No. 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN) disahkan. Cholily memberikan dua alasan. Pertama, banyak pasal dalam Perda ini bertentangan dengan beberapa undang-undang yang berlaku di negara ini. Kedua, Perda ini memberlakukan kebijakan yang melegalkan praktek percaloan.

Franky Sahilatua selaku Duta Buruh Migran menyatakan, “Saya dengar dari para korban, Pemerintah terutama kepala Disnakertrans kabupaten Jember tidak peduli kepada para TKI asal Jember yang mengalami masalah. Disnakertrans juga tidak menjalankan sosialisasi migrasi aman yang menjadi hak bagi calon TKI. Tapi justru lebih banyak bekerjasama dengan para pelaku.”

Ia menambahkan, semestinya bupati Jember tanggap dengan kondisi ini dan segera memecat kepala Disnakertrans kabupaten Jember apalagi ia juga menolak adanya Perda Perlindungan BMI/TKI asal Jember.

Semangat berkobar juga datang dari para hadirin. Dalam pertemuan itu seesekali mereka meneriakkan harapan mereka: “Hidup Buruh Migran! Tangkap Para Pelaku Penjual Orang! Pecat Aparat Pemerintah yang Keparat!” (8183)

Read More...

Warga Kampung Rawa Baung Pronojiwo Lumajang Dibuat Tidak Berdaya oleh Macam-macam Trik Para Calo PJTKI

Kami tidak tahu
bahwa uang yang saya bayarkan akan dibawa kabur;
Kami tidak tahu
bahwa ternyata kami diselundupkan ke Malaysia;
Kami tahu
bahwa yang ia ucapkan merupakan iming-iming dan bujuk rayu supaya kami mau ikut dia,
tapi kami tidak berdaya menolaknya karena dia tetangga; dan
Kami tahu
bahwa ia telah membuat sengsara kami,
tapi kami tidak tahu harus berbuat apa.


Itulah celetukan ungkapan sebagian peserta pelatihan tentang migrasi aman, yang disampaikan kepada Moch. Cholily Ketua SBMI DPW Jawa Timur saat memandu pelatihan.

Maklum, hal itu terungkap karena para peserta adalah calon-calon burum migran yang gagal, mantan dan keluarga buruh migran, serta pemerhati dan tokoh masyrakat. Banyak di antara mereka mengungkapkan masalah-masalah yang mereka hadapi saat menjadi buruh migran. Ada juga yang menyampaikan persoalan yang dihadapi oleh saudara, keluarga maupun tetangganya.

Permasalahan ini diungkapkan untuk berbagi cerita tentang resiko-resiko yang dihadapi saat migrasi. Ada sebuah harapan dengan berbagi cerita (sharing) ini, yakni jalan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi maupun untuk menjadi bahan antisipasi supaya tidak mengalami nasib yang serupa.

Masih menurut cerita para peserta, biasanya yang pergi ke luar negeri adalah mereka yang memang kondisi ekonomi sulit, pekerjaan di kampung halaman sulit didapatkan, hasil pertanian tidak cukup untuk menupang kebutuhan hidup, tidak sekolah, kawin muda maupun karena ada masalah keluarga.

Sesuai dengan yang pengalaman yang didapatkan oleh tim Migrant Voices saat memasuki wilayah ini, jalan menuju kampung Rawa Baung harus melewati jembatan Besuk Bang dari pegunungan Semeru dengan lebar hanya kurang lebih satu meter dan panjang sekitar 200 meter. Jembatan ini merupakan jempatan terpanjang di provinsi Jawa Timur. Akses jalan menuju kampung ini, tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda empat kecuali hanya dengan sepeda motor atau jalan kaki. Kondisi inilah yang juga menjadi penyebab keterbelakangan penduduk dari segi pendidikan dan informasi maupun akses publik lainnya.

Dan karena situasi dan kondisi masyarakat yang seperti itulah, mereka menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kejahatan termasuk sindikat perdagangan orang untuk membidik para korbannya dari sana.

Dengan terselenggara pelatihan ini, masyarakat Rawa Baung merasa sangat senang. Karena dengan beginilah kami bisa menjaga diri. Dengan acara begini kami merasa diingatkan untuk turut perhatian dan peduli kepada saudara atau tetangga yang kebetulan menjadi buruh migran. (0329)

Read More...

01 April 2008

Buruh Migran Jember Peringati Hari HAM Se-Dunia

Peringatan hari Hak Azasi Manusia (HAM) sedunia —yang jatuh pada tanggal 10 Desember— sudah menjadi agenda rutin dari kalangan aktivis HAM untuk mengenang para korban pelanggaran HAM dan untuk mendesakkan pemenuhan serta perlindungan HAM kepada pemerintah. Ini jadi hal penting untuk senantiasa disuarakan.

Demikian pula yang dilakukan oleh para mantan Buruh Migran Indonesia (BMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tergabung dalam Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) cabang Jember Jawa Timur. Pada peringatan hari HAM ini SBMI cabang Jember mengambil tema: ”Penuhi & Lindungi Hak-Hak BMI asal Jember!!!”

Menurut koordinator peringatan hari HAM sedunia ini, Indah Lestariasih, pengambilan tema ini bertolak dari banyaknya kasus pelanggaran hak-hak buruh migran asal Jember mulai sejak proses perekrutan, penampungan, proses keberangkatan, di tempat kerja, proses kepulangan hingga di kampung halaman. Pelanggaran ini baik dilakukan dikarenakan oleh kelalaian atau pembiaran pemerintah terhadap terjadinya pelanggaran hingga sengaja didorong oleh pemerintah terhadap terjadinya pelanggaran hak-hak BMI/TKI asal Jember.

Dengan memperingati hari HAM sedunia ini, diharapkan nantinya ada suatu perubahan kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat, provinsi maupun tingkat kabupaten Jember yang berprespektif HAM yakni memenuhi dan melindungi hak-hak setiap warga negara Indonesia tidak terkecuali para buruh migrannya yang selama ini banyak mengalami atau menjadi korban pelanggaran HAM.

Untuk mendekatkan peringatan hari HAM sedunia ini kepada masyarakat umum, SBMI Jember menyiapkan beragam acara kemanusiaan yang digelar dengan cara-cara yang merakyat dan membumi.
Deretan acara peringatan hari HAM ini mulai dari Paduan Suara SMA 1 Ambulu Jember, lagu-lagu kebangsaan dan perjuangan persembahan dari MAN 1 Jember-MI Muhammadiyah 1-2 Ambulu Jember-STAIN Jember dan para mantan BMI, parodi anak-anak BMI/TKI, teater persembahan dari Genta Surabaya dan STAIN Jember, puisi-puisi persembahan para mantan BMI, talk show di tiga stasion radio swasta (Soka FM, Kiss FM dan Prosalina FM) Jember, halaqoh masyarakat, tokoh agama, aktivis dan budayawan Jember.

“Acara puncak yakni konser kemanusiaan persembahan duta BMI Franky Sahilatua,” kata Indah.

Antusiasme masyarakat Jember mengikuti acara peringatan hari HAM sedunia ini bisa kita lihat dari semangat mereka mengikuti acara demi acara, dari pagi sampai malam.

Apa kesan yang ditangkap masyarakat? Banyak dari antara mereka menyeletuk, ini benar-benar kampanye kemanusiaan yang luar biasa dan perlu kita lakukan setiap tahun karena dengan acara semacam inilah masyarakat bisa merasakan dan menyadari adanya pelanggaran HAM. Dengan cara beginilah kita bisa mendesakkan pemerintah secara lebih luas, ungkapan mereka. (0329)

Read More...

LAPORAN
MEDIA MASSA!